Puisi: Di Makam Imam Bonjol (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi “Di Makam Imam Bonjol” karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan rasa hormat dan penghormatan terhadap seorang pahlawan sejarah, serta ...
Di Makam Imam Bonjol

Assalamu'alaikum, ya syarif tua! Aku datang menjengukmu
dengan hati iba ibarat anak dagang berkayuh sekeping papan.
Jauh sekali tempat engkau berbaring tapi bertahun jarak
yang memisahkan kita tak terasa sedekat jarak kain dan papan
mendekap roh di badan.

Ingin kuukur jubahmu, dari tumit ke sorban
tidak besar tapi membungkus keberanian
persis buntalan anak dagang yang bersiap pergi
membawa peruntungan, di tiap tikungan
engkau menghadang siapapun
yang bersekutu dengan apa pun yang bisa dipersekutukan
sedang engkau hanya bersekutu dengan Tuhan.

Benarkah ada tanah buangan? Bagi mereka yang mengira
dapat menerabas angin dan fajar, memutus air dan api
setiap pelosok ujung bumi mereka namai tanah pengasingan
dengan kapal-kapal oleng mereka kirim para pesakitan
terlunta dan kejam. Tapi tahu apa mereka tentang fajar?
Fajar mengandung angin pagi, air dan lidah api, menyepuh satu
bumi tempat lahir dan mati.

Maka engkau, syarif peto, tak merasa asing terbuang
dari Tanjung Bungo ke Pinelang, saudara jua yang kaujelang
engkau perantau sebagaimana semua orang perantau
di bumi jalang. Maka sebagai sesama perantau
perkenankan kusentuh nisanmu
dan kucium batu sembahyangmu
dengan rida hati si anak dagang, entah kapan akan pulang!

Manado-Yogyakarta, 2009-2011

Analisis Puisi:

Puisi “Di Makam Imam Bonjol” karya Raudal Tanjung Banua adalah sebuah karya yang mengungkapkan rasa hormat dan rasa cinta yang mendalam terhadap seorang tokoh perjuangan, Imam Bonjol. Melalui puisi ini, Banua menampilkan kombinasi antara penghormatan terhadap sejarah dan refleksi pribadi, sambil mengeksplorasi tema perantauan dan pengasingan.

Tema dan Makna

Puisi ini dimulai dengan salam penuh hormat kepada Imam Bonjol, seorang pahlawan perjuangan Indonesia yang dikenang atas keberanian dan dedikasinya melawan penjajah. Penyair menggunakan metafora “anak dagang berkayuh sekeping papan” untuk menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang datang dengan rasa iba, seolah-olah ia adalah seorang perantau yang membawa beban dan doa.

Banua mengeksplorasi tema jarak dan pengasingan melalui perbandingan antara jarak fisik dan kedekatan spiritual. Meskipun Imam Bonjol berbaring jauh dari tempat Banua berdiri, rasa kedekatan dan hormat tidak terpengaruh oleh jarak tersebut. Penyair menyatakan, “jauh sekali tempat engkau berbaring tapi bertahun jarak yang memisahkan kita tak terasa sedekat jarak kain dan papan,” menggambarkan bagaimana kedekatan spiritual bisa mengatasi jarak fisik.

Simbolisme dan Metafora

Metafora jubah yang ingin diukur Banua mewakili keberanian dan integritas Imam Bonjol. Jubah tersebut, meskipun tidak besar, dianggap membungkus keberanian yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa keberanian bukanlah tentang ukuran fisik, melainkan tentang kekuatan dan tekad dalam menghadapi tantangan.

Banua juga membahas tentang konsep pengasingan dan tanah buangan. Ia mempertanyakan pemahaman tentang pengasingan dan bagaimana para pelaut dan penguasa menganggap mereka yang diasingkan sebagai pesakitan. Namun, bagi Banua, fajar yang membawa angin, air, dan lidah api menunjukkan bahwa semua tempat di bumi, termasuk tempat pengasingan, adalah bagian dari satu keseluruhan yang lebih besar.

Refleksi Pribadi

Di baris terakhir, Banua menyampaikan refleksi pribadinya sebagai seorang perantau yang merasa terhubung dengan Imam Bonjol sebagai sesama perantau di bumi ini. Perasaan rindu dan harapan untuk pulang tergambar dalam tindakan menyentuh nisan dan mencium batu sembahyang. Ini mencerminkan rasa hormat dan keinginan untuk menghormati jejak sejarah sambil merasakan keterhubungan yang mendalam.

Puisi “Di Makam Imam Bonjol” karya Raudal Tanjung Banua adalah karya yang kaya akan simbolisme dan makna. Melalui penggunaan metafora dan refleksi pribadi, Banua mampu menggambarkan rasa hormat dan penghormatan terhadap seorang pahlawan sejarah, serta mengeksplorasi tema pengasingan dan perantauan. Puisi ini tidak hanya menghargai kontribusi Imam Bonjol tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan makna kedekatan spiritual dan hubungan antara manusia dan sejarah.

"Puisi: Di Makam Imam Bonjol"
Puisi: Di Makam Imam Bonjol
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.