Sumber: Horison (Februari, 1967)
Analisis Puisi:
Puisi "Dan Kematian Makin Akrab" karya Subagio Sastrowardoyo menciptakan suatu wacana tentang kematian yang didekati dengan kedamaian dan keterikatan hidup yang tak terputus. Penyair merangkai kata-kata dengan puitis, membawa pembaca dalam refleksi tentang arti hidup dan perjumpaan dengan kematian.
Pendahuluan dengan Tanda Kabung: Puisi dimulai dengan gambaran pintu yang masih bergantung tanda kabung, menciptakan atmosfer kesedihan dan perpisahan. Meskipun demikian, penyair menyoroti keheningan dan ketenangan pada wajah yang tak menunjukkan kesedihan saat berpisah.
Pertanyaan tentang Kematian yang Diam: Penyair menunjukkan kebingungan mereka yang ditinggalkan karena ketidakpahaman terhadap kematian yang dihadapi dengan diam. Walaupun tak ada kesan kesedihan, mata yang memandang tampak penuh dengan makna, mengisyaratkan kebanggaan akan kepergian yang "muda."
Kematian Sebagai Pilihan Berani: Puisi menyampaikan bahwa mati muda dan mengikuti mereka yang gugur sebelum waktunya adalah suatu pilihan berani. Ini dapat dimaknai sebagai perjuangan hidup yang berani menghadapi tantangan dan risiko, seakan berdiri menentang angin di atas bukit atau dekat pantai yang penuh badai.
Keterikatan Kehidupan dan Kematian: Penyair menggambarkan keterikatan antara kehidupan dan kematian, di mana kematian menjadi sesuatu yang akrab. Raut muka yang masih dikenal dan bekas luka di dekat kening menggarisbawahi hubungan yang tak terputus antara yang hidup dan yang mati.
Janji dan Kenangan sebagai Keterikatan Terhadap Dunia: Puisi menyinggung janji dan kenangan sebagai ikatan penyair terhadap dunia. Meskipun kematian hanya selaput gagasan yang bisa diatasi, janji dan kenangan tetap terikat, menciptakan hubungan yang tak terputus antara hidup dan mati.
Kematian Sebagai Selaput Gagasan: Kematian disajikan sebagai selaput gagasan yang mudah diatasi, menunjukkan pandangan penyair terhadap kematian sebagai sesuatu yang alami dan tak perlu ditakuti. Kematian dihadapi dengan kelegaan, tanpa kehilangan yang sebenarnya dalam perpisahan.
Menghapus Kesedihan dengan Terbang Bebas: Bait terakhir menggambarkan bahwa di ujung musim, dinding batas bertumbangan, dan kematian menjadi semakin akrab. Seorang anak kecil yang tak lagi sedih atas kehilangan layang-layangnya menyiratkan pemahaman yang tulus terhadap kebebasan yang diberikan oleh kematian. Terbang bebas dengan sayap ke langit menjadi lambang kebebasan dari segala kesedihan dan keterbatasan hidup.
Bahasa yang Penuh dengan Simbolisme dan Imajinasi: Penyair menggunakan bahasa yang kaya akan simbolisme dan imajinasi, menciptakan suasana yang memikat dan mendalam. Pilihan kata-kata seperti "layang-layang robek," "matiku muda," dan "sayap ke langit" membentuk gambaran yang kuat dan memberikan makna mendalam.
Puisi "Dan Kematian Makin Akrab" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan pandangan yang tulus dan tenang terhadap kematian. Puisi ini merangkai kata-kata dengan indah untuk menggambarkan keterikatan hidup dan kematian, serta harapan terbang bebas dari segala keterbatasan. Melalui bahasa yang puitis dan imajinatif, penyair berhasil menciptakan suatu karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenung dan memahami makna hidup dan perjumpaan dengan kematian.
Karya: Subagio Sastrowardoyo
Biodata Subagio Sastrowardoyo:
- Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
- Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.