Puisi: Ceritakan Padaku tentang Ikan (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Ceritakan Padaku tentang Ikan" karya Raudal Tanjung Banua mengajak pembaca untuk merenungkan tentang persaudaraan, solidaritas, dan nasib, ...
Ceritakan Padaku tentang Ikan
(: Wahida)

Ceritakan padaku tentang ikan
yang tiap hari melintas menyapamu
Dari balik kaca tempatnya merentang sirip
Barangkali dirindunya matamu
Sebuah telaga sejuk berdayung nasib

Apa yang terbayang
ketika ikan-ikan kecil dan lucu itu
akan menuju negeri yang jauh?

Telah ditawarkan keindahannya
Kepada dunia yang tak dikenalnya
Dipaksa melupakan karang-ganggang
dunia sederhana miliknya

Tapi mengapa tak kita tawarkan
indahnya persaudaraan
Ke negeri-negeri yang jauh
bahkan ke dunia yang kita punya?

Ceritakan padaku tentang ikan
Saat akan berangkat
Sampaikah lambaianmu menyentuhnya.

Pernahkah kau bayangkan
Aku satu di antara mereka
yang merindukan matamu
jadi telaga paling setia
menadah lukaku?

Ceritakan padaku tentang seekor ikan
dari negeri yang jauh
setia melintas menyapamu
dari balik dunia kecil yang ia punya.

Ceritakan hanya padaku
Biar kudapatkan jawabannya.

Denpasar, 1996

Analisis Puisi:

Puisi "Ceritakan Padaku tentang Ikan" karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan dunia luar, khususnya dengan alam dan makhluk-makhluk kecil yang sering terabaikan seperti ikan. Melalui pendekatan naratif yang lembut dan penuh simbol, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang perasaan, nasib, dan hubungan emosional yang bisa terjalin antara manusia dan dunia sekitarnya.

Gambaran dan Makna Ikan sebagai Simbol Kehidupan

Dalam puisi ini, ikan menjadi simbol penting yang membawa berbagai makna. Ikan yang melintas setiap hari "menyapa" melalui kaca adalah simbol kehidupan yang terus bergerak, penuh misteri, dan seringkali berada di luar jangkauan manusia. Namun, ikan juga memiliki kehidupan dan dunia sendiri, yang tak selalu dipahami oleh manusia yang mengamati dari luar.

Ikan sebagai Simbol Kerinduan dan Kesetiaan

Di bagian awal puisi, sang penyair berbicara tentang ikan yang "barangkali dirindunya matamu." Ikan di sini digambarkan sebagai makhluk yang setia melintas di hadapan manusia, mungkin dengan harapan untuk disapa atau diakui kehadirannya. Ada rasa kerinduan yang dihadirkan melalui gambaran ikan yang terus bergerak tanpa henti, seperti nasib yang tidak bisa ditahan. Ikan-ikan kecil ini adalah representasi dari sesuatu yang sederhana dan tidak memiliki kendali atas takdir mereka, namun setia pada kehidupan mereka sendiri.

Kerinduan ikan yang diungkapkan dalam puisi juga menjadi simbol bagi kerinduan manusia akan sesuatu yang lebih besar, seperti kebersamaan atau pengakuan dari orang lain. Manusia, seperti ikan, juga seringkali merindukan perhatian dan interaksi dari dunia di sekelilingnya. Dalam konteks ini, puisi mengajak pembaca untuk berpikir tentang bagaimana kita merespon kehadiran orang lain, bahkan yang terkecil sekalipun, seperti ikan.

Keindahan dan Kesederhanaan Dunia Ikan

Puisi ini juga menyoroti kesederhanaan dunia ikan yang diungkapkan melalui kalimat "dunia sederhana miliknya." Dunia ikan, yang terdiri dari karang dan ganggang, adalah dunia yang penuh dengan keindahan alam yang sering diabaikan oleh manusia. Dunia tersebut merupakan simbol kehidupan yang alami, harmonis, dan tak tersentuh oleh kompleksitas dan kegelisahan manusia. Namun, dalam puisi ini, ikan-ikan tersebut dipaksa meninggalkan dunia mereka, sebagai representasi dari ketidakpastian nasib yang harus mereka hadapi.

Melalui gambaran ini, Raudal Tanjung Banua mengajak kita untuk merenungkan tentang bagaimana seringkali kehidupan yang sederhana, damai, dan harmonis direnggut oleh kekuatan yang lebih besar atau keadaan yang tidak bisa mereka kendalikan. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap ketidakadilan atau eksploitasi yang seringkali terjadi pada alam atau makhluk-makhluk kecil yang tak berdaya.

Perjalanan Menuju "Negeri yang Jauh"

Dalam bait-bait selanjutnya, puisi ini membawa imaji tentang ikan yang harus meninggalkan rumah mereka, menuju "negeri yang jauh." Perjalanan ini bisa dilihat sebagai metafora tentang perubahan atau perpindahan dalam hidup, di mana makhluk-makhluk kecil seperti ikan (atau mungkin manusia) harus menghadapi masa depan yang tidak pasti. Ada semacam kesedihan yang tersirat, ketika ikan-ikan tersebut dipaksa meninggalkan "karang-ganggang" dan keindahan dunia mereka.

Perjalanan ikan menuju negeri yang jauh juga bisa dimaknai sebagai representasi dari perjalanan hidup manusia yang penuh dengan ketidakpastian, di mana kita seringkali harus meninggalkan zona nyaman kita dan menghadapi tantangan baru yang tidak selalu kita inginkan. Namun, di balik ketidakpastian tersebut, ada harapan bahwa persaudaraan dan solidaritas dapat dihadirkan sebagai penghiburan.

Pesan Tentang Persaudaraan dan Solidaritas

Salah satu pesan penting dalam puisi ini adalah tentang nilai persaudaraan dan solidaritas. Di tengah-tengah puisi, muncul pertanyaan yang menggugah: "mengapa tak kita tawarkan indahnya persaudaraan ke negeri-negeri yang jauh?" Ini adalah seruan untuk menghadirkan kasih sayang dan kehangatan di tengah dunia yang penuh dengan perjalanan dan perpindahan.

Pertanyaan ini menggambarkan harapan akan dunia yang lebih baik, di mana manusia dapat menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan seperti persaudaraan, bukan hanya di dalam negeri sendiri, tetapi juga ke seluruh dunia. Persaudaraan adalah sesuatu yang dianggap lebih penting daripada hanya keindahan fisik atau material. Puisi ini menekankan pentingnya menghadirkan rasa persaudaraan di tengah dunia yang sering kali terpecah oleh perbedaan.

Keterkaitan Manusia dan Alam

Puisi "Ceritakan Padaku tentang Ikan" juga menyoroti hubungan antara manusia dan alam. Penyair menggunakan metafora ikan dan air untuk menggambarkan bagaimana alam bisa menjadi cermin bagi perasaan dan kerinduan manusia. "Telaga sejuk berdayung nasib" menggambarkan hubungan emosional antara manusia dan alam, di mana telaga (sebagai lambang kedamaian) menjadi tempat bagi manusia untuk menemukan pelipur lara dan penenangan diri.

Alam, seperti ikan dalam puisi ini, juga mengajarkan tentang kesederhanaan dan kehidupan yang harmonis, sesuatu yang sering kali hilang dalam kehidupan manusia modern yang serba cepat dan penuh dengan kecemasan.

Puisi "Ceritakan Padaku tentang Ikan" karya Raudal Tanjung Banua adalah refleksi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan dunia di sekitarnya, khususnya alam dan makhluk-makhluk kecil seperti ikan. Melalui simbolisme yang kuat dan bahasa yang lembut, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang persaudaraan, solidaritas, dan nasib, serta tentang bagaimana kita dapat merespon kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.

Ikan dalam puisi ini bukan hanya sekadar makhluk air yang kecil, tetapi menjadi simbol dari kehidupan yang terus bergerak, penuh dengan kerinduan, keindahan, dan perjalanan menuju masa depan yang tidak pasti. Di balik kisah sederhana ini, ada pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan alam dan sesama manusia, serta tentang bagaimana persaudaraan dapat menjadi penawar di tengah dunia yang sering kali terasa dingin dan terasing.

"Puisi: Ceritakan Padaku tentang Ikan"
Puisi: Ceritakan Padaku tentang Ikan
Karya: Raudal Tanjung Banua

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.