Puisi: Biksu Tak Berjubah (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Biksu Tak Berjubah" karya Sitor Situmorang menggambarkan perjalanan spiritual seorang biksu yang mengorbankan ambisi dan kehidupan dunia untuk
Biksu Tak Berjubah

Taklukkan kota Paris
mimpiku dulu
angan-angan muda:
menggegerkan langit!
Tapi langit bisu saja.

Paris pun jadi tua
aku dewasa
pasrah seperti biksu tua
berkemas

masuk biara mati-raga
tanpa jubah -
dituntun tangan
meraba-raba
di gerbang cinta
alam semesta
nusantara.

Analisis Puisi:

Puisi "Biksu Tak Berjubah" karya Sitor Situmorang menggambarkan perjalanan spiritual seorang biksu yang mengorbankan ambisi dan kehidupan dunia untuk mencari makna yang lebih dalam dalam kehidupan.

Mimpiku Dulu

Puisi ini dimulai dengan ambisi sang penyair untuk menaklukkan kota Paris, menggambarkan semangat dan angan-angan masa muda yang penuh keinginan dan ambisi.

Perjalanan Spiritual

Namun, seiring waktu berlalu, sang penyair mengalami pematangan diri dan pemahaman akan kehampaan ambisi duniawi. Perjalanan spiritualnya seperti perjalanan seorang biksu yang menuju kedamaian dalam ketiadaan, mencari makna yang lebih dalam dalam keheningan dan kesunyian.

Pasrah Seperti Biksu Tua

Sang penyair akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa kebijaksanaan sejati terletak dalam kesederhanaan dan ketenangan batin. Perumpamaan dengan "biksu tua berkemas masuk biara mati-raga tanpa jubah" menunjukkan pengorbanan diri dalam mencapai kedamaian dan kesucian spiritual.

Meraba-raba di Gerbang Cinta Alam Semesta

Puisi ini diakhiri dengan gambaran sang penyair yang meraba-raba di "gerbang cinta alam semesta nusantara", mencerminkan pencarian yang mendalam akan hubungan yang harmonis antara dirinya dengan alam dan dunia spiritual.

Bahasa dan Ekspresi

Sitor Situmorang menggunakan bahasa yang puitis dan metaforis untuk menyampaikan perjalanan spiritual sang penyair. Metafora seperti "langit bisu saja" dan "gerbang cinta alam semesta" menambahkan dimensi dan kedalaman makna dalam puisi ini.

Puisi "Biksu Tak Berjubah" karya Sitor Situmorang menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang mencari makna yang lebih dalam dalam kehidupan, meninggalkan ambisi duniawi untuk mencapai kedamaian batin. Melalui penggunaan bahasa yang puitis dan gambaran yang mendalam, puisi ini menawarkan refleksi tentang pentingnya kesederhanaan dan kedamaian dalam menjalani kehidupan.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Biksu Tak Berjubah
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.