Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah di Makam Allama Mohammad Iqbal" karya Sitor Situmorang adalah sebuah penghormatan dan refleksi yang dalam terhadap Allama Mohammad Iqbal, seorang tokoh intelektual, penyair, dan pemikir besar dari Pakistan.
Penghormatan dan Ziarah Rohani
Puisi ini dimulai dengan panggilan untuk bangkit dari keterpurukan, mengekspresikan kebutuhan akan inspirasi dan kesaksian dalam masa kini. Allama Mohammad Iqbal dipanggil sebagai "Hai, Sufi yang manunggal" yang menunjukkan penghargaan atas dimensinya sebagai seorang mistik yang menyatukan spiritualitas dengan pemikiran kritis.
Perjalanan Spiritual
Puisi mengikuti jejak perjalanan spiritual Iqbal dari Masjid Biru Samarkand hingga kubah Masjid Babshahi di Pakistan. Ini menandakan perjalanan jiwanya yang luas dan pengaruhnya yang mencakup berbagai tempat dan zaman, dari kejayaan Mogal hingga masa kini di Pakistan merdeka.
Kaligrafi dan Keindahan Puisi
Penggambaran kaligrafi iman Iqbal yang "tertatah di pualam putih tirus" mengisyaratkan keindahan dan keagungan dalam karya-karya dan pemikirannya yang penuh dengan nilai-nilai keimanan dan kebenaran.
Tantangan Kemanusiaan
Puisi ini tidak hanya memuji, tetapi juga menghadirkan tantangan-tantangan sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat Pakistan. Sentuhan realitas seperti kemiskinan, penghisapan, dan manipulasi hak asasi manusia menyala di antara penghormatan dan kesaksian terhadap Iqbal.
Kesimpulan Pemikiran
Dengan puisi "Ziarah di Makam Allama Mohammad Iqbal," Sitor Situmorang tidak hanya mengenang seorang pemikir besar, tetapi juga menggambarkan bagaimana pemikiran Iqbal yang mendalam dan visinya yang luas berhubungan dengan tantangan zaman modern. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan perjuangan yang tetap relevan dalam konteks perubahan sosial dan politik global.
Puisi "Ziarah di Makam Allama Mohammad Iqbal" karya Sitor Situmorang adalah sebuah karya yang menggabungkan penghargaan yang dalam terhadap sejarah dan kearifan Iqbal dengan refleksi atas kondisi zaman modern. Dengan imaji yang kuat dan makna yang mendalam, puisi ini tidak hanya merayakan warisan Iqbal, tetapi juga mengajak untuk berpikir tentang peran dan tanggung jawab intelektualitas dalam menghadapi tantangan zaman.
Karya: Sitor Situmorang
Biodata Sitor Situmorang:
- Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
- Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
- Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.