Puisi: Piramida Cheops (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Piramida Cheops" karya Sitor Situmorang menggambarkan perenungan mendalam tentang keajaiban dan misteri Piramida Cheops, serta hubungannya ...
Piramida Cheops
(Lembah Nil)

Ingin mengukur jarak pada batas gurun
aku berdiri di bukit-bukit sebelah barat
Pagi bersandar pada bayang piramida
Sejernih angin gurun kesadaran bangun.

Jarak yang dilalui sejarah dalam waktu
tertanda sungai mengalir di lembah hijau
Burung beterbangan menuruti arus musim
Di utara masih salju. Pelancong berlalu.

Atas pengetahuan ini tersusun sejarah-punya makna:
Ayam berkokok pagi-pagi di zaman Firaun
masih membangunkan petani setiap subuh
Tinggal satu rahasia: Apa yang berubah?

Sinar pagi mendaki garis rusuk piramida
Di relungnya terdalam bertahta Mati.

1989

Sumber: Sitor Situmorang, kumpulan Sajak 1980-2005 (2006)

Analisis Puisi:

Puisi "Piramida Cheops" karya Sitor Situmorang menggambarkan perenungan mendalam tentang keajaiban dan misteri Piramida Cheops, serta hubungannya dengan waktu, sejarah, dan keabadian. Dengan latar belakang Lembah Nil yang kaya akan sejarah, puisi ini menawarkan pandangan yang reflektif dan simbolis terhadap piramida kuno sebagai simbol kebesaran dan ketidakberubahannya dalam aliran waktu.

Tema Sentral: Keabadian dan Waktu

Puisi ini menyoroti tema keabadian dan perubahan dalam konteks sejarah dan alam semesta. Piramida Cheops dianggap sebagai simbol kekekalan yang berdiri teguh di tengah perubahan zaman. Penyair mencoba mengukur jarak waktu dari masa lampau hingga saat ini, mencerminkan refleksi tentang bagaimana sejarah terus mengalir sementara piramida tetap tak berubah.

Gambaran Alam dan Kejadian Sejarah

Penyair menggunakan gambaran alam seperti bayang-bayang piramida yang disentuh oleh sinar pagi dan angin gurun yang menyejukkan. Gambaran ini tidak hanya memperkaya lanskap puisi, tetapi juga memperkuat tema ketenangan dan keabadian yang terpancar dari piramida.

Simbolisme Piramida dan Sejarah

Piramida Cheops tidak hanya dianggap sebagai struktur fisik, tetapi juga simbol spiritual dan sejarah yang menghadirkan pertanyaan filosofis tentang perubahan dan kekekalan. Penyair menyoroti kehadiran sejarah yang tersusun dalam lapisan waktu, dari sungai yang mengalir hingga burung yang mengikuti musim, sebagai pengingat akan kebesaran masa lalu yang masih relevan hari ini.

Pemikiran Filosofis dan Pertanyaan Eksistensial

Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang apa yang benar-benar berubah seiring berjalannya waktu. Meskipun zaman telah berubah, piramida tetap menjadi penanda kebesaran dan keajaiban yang tidak terpengaruh oleh perubahan lingkungan dan kehidupan manusia.

Bahasa dan Gaya

Gaya bahasa Sitor Situmorang dalam puisi ini memadukan kejernihan deskripsi alam dengan pemikiran filosofis yang dalam. Penggunaan kata-kata seperti "sejernih angin gurun kesadaran bangun" dan "sinar pagi mendaki garis rusuk piramida" menghadirkan gambaran yang kuat dan memikat tentang keajaiban alam dan sejarah yang terkandung dalam piramida.

Melalui puisi "Piramida Cheops," Sitor Situmorang berhasil menciptakan sebuah karya yang menggambarkan keabadian, keajaiban, dan misteri yang melingkupi piramida kuno sebagai simbol keagungan manusia dan kebesaran alam. Puisi ini bukan hanya sebuah penghormatan terhadap warisan sejarah yang berharga, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang eksistensi manusia dan ketidakterbatasannya di hadapan keabadian waktu dan alam semesta yang luas.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Piramida Cheops
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.