Puisi: Matinya Juara Judi (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Matinya Juara Judi" karya Sitor Situmorang menggambarkan kehidupan seorang tokoh yang kompleks dan bertentangan.
Matinya Juara Judi

Telah berlaku agaknya
Hukum leluhur, tapi
Janganlah beri nama nanti
Pahlawanku mati apa
Di akhir kisah.

Dengarlah
Cerita orang tua-tua
Kusampaikan pada pembaca

Di seluruh negeri ia terkenal
Juara Judi tak ada bandingannya
Selalu menang dan
Dimenangkan
Segala ucapannya
Tak ada yang berani
Tiada yang mau membantah
Terlebih ketika minum arak
Di kedai-kedai

Selain Juara Judi
Ia pemburu pula
Kalau bukan harimau,
Babi atau rusalah mangsanya

Ulung dalam tari
Membuat ukiran indah sekali
Serta memetik kecapi ....

Dan bila marah berbahaya serapahnya
Tapi dari segala korban
Isterinya yang paling menderita

Dua anaknya
Satunya putera satunya puteri
Tapi tak satu jadi kesukaannya
Kata orang, "Mana 'kan pula,
Anak lahir, bapaknya di tempat judi."

Tibalah saat puteranya akan dikawinkan
Halnya dirundingkan
Si putera: Aku masih terlalu muda.
Si Bapak: Kawinlah sesukami, asal jangan
perempuan buta.
Si Ibu: Kawinlah, Nak, baik ada temanku.

Adik perempuannya
Tak sepatah pun berkata.
Hatinya terbelah antara Ibu penyabar
Dan si Bapak yang kejam
Namun dicintai sepenuhnya hati.

Si putera akhirnya kawin
dengan gadis pilihan ibunya
Si Bapak mendongkol sejak semula
Karena bukan pilihannya

Tahun berganti tahun
Musim berganti musim
Juara Judi semakin tua
Puterinya pun dewasa
namun tak kunjung jodoh
Pula menantu ternyata mandul
Cucu diharap tak juga datang.

"Mana hanya satu anak laki
Menantu pilihan ibunya ternyata ladang mati
Mampus kau semua."
Demikian kutuk Juara
Di saat pulang dari gelanggang judi.

Puteranya tak peduli
Putuskan pergi merantau
bersama isteri

Berkata pada ibunya;
"Tak akan aku pulang
Jangan aku ditunggu
Atau Bapak mati dulu."

Tinggallah ibunya sendirian
ditemani adiknya
Tak ada yang meminangnya
Orang takut menghadapi bapaknya

Yang kini jarang kembali
asyik berburu di hutan berhari-hari
Menghindar gelannggang judi
diburu kenangan pada putera satunya
di rantau jauh

Di desa suatu ketika
sSampai kabar
Menantu mandul meninggal di rantau

Si Ibu yang menerima kabar
Menghempas badan ke lantai:
"Demikianlah nasibku
Kelahiranku yang kasip
Ditinggalkan orang hidup
Ditinggalkan orang mati."

Puterinya yang diam di sampingnya
merasa sebatang kara

Juara lama tak pulang-pulang
Pindah ke desa lain
Kawin lagi
Harapkan anak laki pengganti
Penyambung keturunan
Sebelum ia mati

Juara mendapat tiga anak
Dari isteri barunya
Semua perempuan
Tak ada laki

Suatu hari
ketika sakit berat
Pawang yang diundang
berkata:
"Adakan pesta korban
Undang isteri pertama
begitu pula puterinya
Mintalah pengampunan mereka
demi leluhur."

Dengan berat hati
Juara kirim pesan
Agar isteri dan puterinya datang
Lalu ia menanti

Pesuruh pun pulang
Bawa berita meragukan:
Hati Juara dirundung bimbang
Isteri dan puteri
Mungkin datang, mungkin tidak
ban biar lupa gundahnya
Juara pergi berburu
di hari anak-isterinya
dikabarkan tiba

Ia berburu di lereng gunung di hutan
di luar desa
Sepanjang hari
sampai sorenya

Menjelang malam
Di kampung ternyata anak-isterinya tiba
Tapi Juara tak tahu
asyik berburu rusa

Malamnya ia digotong
berlumuran darah
Katanya diterkam harimau
"Tak dapat lagi ditolong
Ajal menuntut sudah" - kata orang desa
Lalu ia dibaringkan

di tengah rumahnya dulu
di mana anak isterinya telah menunggu

Yang menyambutnya dengan lagu ratap:
"Kembali sudah, kembali juara
Juaraku pulang dari berburu rusa ...."

Pahlawan kita lalu mati
di pangkuan isteri yang ditinggalkan

Demikianlah desa kami
kehilangan pahlawannya.

Analisis Puisi:

Puisi "Matinya Juara Judi" karya Sitor Situmorang adalah sebuah narasi yang menggambarkan kehidupan seorang tokoh yang kompleks dan bertentangan.

Tema Utama

  • Kehidupan yang Bertentangan: Puisi ini menggambarkan kontras yang kuat antara keberhasilan dalam perjudian dan kegagalan dalam kehidupan pribadi. Tokoh utama, yang disebut sebagai Juara Judi, diperkenalkan sebagai figur yang memiliki reputasi tinggi dalam dunia perjudian namun hidupnya penuh dengan konflik internal dan eksternal.
  • Pertentangan Keluarga: Sentral dalam puisi ini adalah pertentangan yang terjadi dalam keluarga Juara Judi. Konflik antara putra dan ayah, serta antara istri pertama dan istri kedua, menjadi latar belakang dari kisah tragis yang diuraikan dalam puisi ini.
  • Kegagalan dan Kesendirian: Meskipun Juara Judi sukses dalam perjudian, kehidupannya diwarnai oleh kegagalan dalam hubungan keluarga dan kesendirian di akhir hayatnya. Meskipun memiliki reputasi sebagai pahlawan, ia mati sendirian dan tidak dihormati seperti yang ia harapkan.

Gaya Bahasa dan Narasi

  • Penggunaan Bahasa Sehari-hari: Situmorang menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami untuk menggambarkan cerita yang kompleks ini. Gaya bahasanya memberikan kesan realistis dan membuat pembaca merasa terhubung dengan kisah yang diuraikan.
  • Penggambaran Karakter yang Kuat: Melalui deskripsi-diskripsi yang rinci dan dialog-dialog yang kuat, pembaca diperkenalkan dengan karakter-karakter yang kompleks dan bertentangan, seperti Juara Judi, putra, istri pertama, dan istri kedua.
Puisi "Matinya Juara Judi" tidak hanya menggambarkan kisah seorang pemenang dalam perjudian, tetapi juga menyajikan gambaran yang dalam tentang konflik, kegagalan, dan kesendirian dalam kehidupan manusia. Dengan gaya bahasa yang kuat dan narasi yang mendalam, Sitor Situmorang berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang memancing refleksi tentang nilai-nilai keluarga, keberhasilan, dan kehidupan yang sebenarnya. Melalui kisah ini, pembaca diundang untuk memikirkan betapa pentingnya hubungan keluarga dan keberadaan cinta dalam kehidupan manusia, meskipun di tengah kesuksesan dan kegagalan yang dialami.

Puisi Sitor Situmorang
Puisi: Matinya Juara Judi
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.