Puisi: Lagu Lautan Nusantara (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Lagu Lautan Nusantara" tidak hanya merayakan kekayaan alam dan budaya Indonesia, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan peran masing ..
Lagu Lautan Nusantara
(kepada Gus Dur, pewaris tugas mahabesar)

Di lembah menghadap teluk ini
berulang kali kita masih
akan datang -
juga berharap pulang
bila umur panjang.

Kini aku ziarah
masuk alam suratan takdir
di bayangan gunung-gunung berapi
yang membentengi dataran tinggi,
danau-danau dan tanah datar
pesisir tanah air.

Datang untuk sujud
berulang mendengar kisah-kisah
di desir sawah ladang dan
gelora sungai-sungainya.

Menyusu
pada sejarah Ibu Pertiwi
pilihan dan karunia
dari antara alam enam benua
- Nusantara kita!
- Kini dalam bahaya!

Kancah nasib-peruntungan
keturunan demi keturunan
dititipi panggilan hidup
dalam gema nyanyian
peredaran bulan dan matahari
Terbentuknya negara-negara
pada 17 Agustus 1945!

Pemikul tugas pencipta
pewaris nilai peradaban baru
berinti cinta tanah air tunggal!
Pusaka kelahiran di setiap dusun
dari Sabang sampai Merauke
di lembah di pegunungan
sepanjang setiap sungai
sekujur pantai seluruh Nusantara.

Dalam ayunan irama pasang-surut
samudra sejarah
demi hukum ber-Tanah Air
demi karunia Maha Pencipta!

Sepanjang masa!

(Berita ziarah, Agustus 1999,
di pinggir Danau Toba,
di tengah kemelut sejarah bangsa)

Sumber: Sitor Situmorang, kumpulan Sajak 1980-2005 (2006)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Lautan Nusantara" karya Sitor Situmorang menggambarkan keindahan, kompleksitas, dan makna dalam konteks budaya dan sejarah Nusantara. Puisi ini merupakan sebuah penghormatan terhadap keberagaman alam dan warisan budaya yang kaya di wilayah Indonesia.

Latar Belakang dan Konteks

Puisi ini menghadirkan gambaran tentang kekayaan alam dan budaya Nusantara, dari pesisir hingga pegunungan, dari Sabang sampai Merauke. Situmorang mengeksplorasi perjalanan spiritual dan sejarah bangsa Indonesia, menyoroti pentingnya menghormati dan merayakan warisan budaya yang luas dan beragam.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari beberapa bait yang tidak teratur secara baris, dengan penggunaan bahasa yang simbolis dan metaforis untuk mengekspresikan kompleksitas alam dan budaya Nusantara. Situmorang menggunakan kata-kata yang kuat seperti "gunung-gunung berapi", "gelora sungai-sungainya", dan "samudra sejarah" untuk mengeksplorasi berbagai aspek alam dan sejarah yang melingkupi Nusantara.

Tema dan Makna

Puisi ini menyoroti tema-tema seperti cinta tanah air, perjuangan bangsa, dan pentingnya menjaga warisan budaya. Melalui penggambaran "Lagu Lautan Nusantara", Situmorang merayakan keindahan alam Indonesia yang meliputi lembah, danau, gunung, dan pantai, serta memperingatkan akan bahaya yang mengancam keberagaman dan kekayaan budaya ini.

Puisi ini juga menekankan pada peran penting generasi penerus dalam melestarikan nilai-nilai peradaban Nusantara, dari masa lalu hingga masa kini. Upaya untuk menjaga keberlanjutan alam dan budaya Indonesia menjadi tema sentral yang diungkapkan melalui metafora irama pasang-surut samudra sejarah.

Interpretasi dan Kesimpulan

Puisi "Lagu Lautan Nusantara" tidak hanya merayakan kekayaan alam dan budaya Indonesia, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan peran masing-masing dalam menjaga dan mempertahankan warisan yang diberikan oleh tanah air. Situmorang dengan penuh semangat menggambarkan Nusantara sebagai titik tempat berkumpulnya nilai-nilai peradaban dan kehidupan yang bermakna.

Dengan demikian, puisi ini bukan hanya sekadar catatan sejarah atau deskripsi geografis, tetapi juga sebuah pernyataan cinta dan penghargaan terhadap keberagaman budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Puisi Sitor Situmorang
Puisi: Lagu Lautan Nusantara
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.