Puisi: Di Hutan Lintong (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Di Hutan Lintong" karya Sitor Situmorang menggambarkan perjalanan personal dan warisan budaya dalam sebuah pengalaman di hutan yang menyentuh.
Di Hutan Lintong

Jalan setapak ini
jalan ayah, jalannya nenek
jalan nenek dari neneknya.

Jalan berawa berlumut
samar di dasar hutan
jalan ziarahku kini.

Ke pemukiman 8 generasi
kini kosong terbuka
di tengah rimba.

Tanpa hewan tanpa manusia
tinggal batu peti tengkorak
di benteng berbambu ciut.

Tinggal angin tinggal embun
degup jantungku
dikejut anggrek liar.

Dan kawanan rusa
di bekas ladang-ladang dulu
makan rumput muda.

Di malam purnama.

Sumber: Angin Danau (1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Hutan Lintong" karya Sitor Situmorang menggambarkan perjalanan personal dan warisan budaya dalam sebuah pengalaman di hutan yang menyentuh.

Warisan Budaya dan Sejarah Keluarga: Puisi ini menggambarkan jalan setapak yang menjadi warisan keluarga, dari ayah hingga nenek, dan bahkan nenek dari neneknya. Hal ini menunjukkan pentingnya warisan budaya dan sejarah keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi, mengikat masa lalu dengan masa kini.

Keheningan dan Kesunyian Alam: Deskripsi tentang jalan berawa berlumut yang samar di dasar hutan menciptakan suasana hening dan kesunyian alam yang memukau. Ini mencerminkan keindahan alam yang masih terjaga di tengah-tengah kekosongan pemukiman manusia.

Perjalanan Pribadi Menuju Akar Budaya: Penggunaan kata "jalan ziarahku kini" mengisyaratkan bahwa perjalanan di hutan ini adalah lebih dari sekadar fisik, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan introspektif menuju akar budaya dan sejarah keluarga yang terpatri di dalamnya.

Kehadiran Alam dan Kesendirian Manusia: Keheningan dan kesunyian alam digambarkan melalui deskripsi tanpa hewan dan manusia, kecuali batu, peti, tengkorak, dan anggrek liar. Ini menyoroti keheningan alam yang membangkitkan refleksi dan introspeksi manusia di tengah kekosongan dan kesendirian.

Keindahan Alam di Malam Purnama: Puisi ini diakhiri dengan gambaran tentang keindahan alam di malam purnama, yang menambahkan lapisan romantisme dan keajaiban alam dalam pengalaman pribadi di hutan Lintong.

Puisi "Di Hutan Lintong" adalah perjalanan spiritual dan introspektif yang menghubungkan individu dengan akar budaya dan sejarah keluarga dalam keheningan alam. Dengan citra yang kuat dan bahasa yang indah, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam serta pentingnya menghargai warisan budaya dan alam yang telah ditinggalkan oleh para leluhur.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Di Hutan Lintong
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.