Analisis Puisi:
Puisi "Dari Dua Dunia Belum Sudah" karya Rivai Apin menghadirkan pengalaman dan perasaan penyair di tengah-tengah peristiwa penting dalam konteks sejarah Indonesia. Puisi ini menggambarkan ketegangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan penyair di saat-saat yang penuh gejolak. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang tajam, puisi ini mengajak pembaca untuk merasakan ketidakpastian dan perubahan drastis yang dialami oleh penyair.
Gambaran Pagi yang Berbeda: Puisi dimulai dengan gambaran pagi yang berbeda dari biasanya. Orang-orang sibuk dengan aktivitas sehari-hari, tetapi ada elemen yang menciptakan rasa aneh, seperti keberadaan serdadu-serdadu dan tank-tank di jalanan. Hal ini menciptakan atmosfer tegang dan misterius yang seolah-olah sesuatu yang besar dan berubah sedang terjadi di balik layar.
Peristiwa Bersejarah: Dalam puisi ini, penyair menyebutkan beberapa nama tokoh bersejarah seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir, serta peristiwa seperti jatuhnya Jogja dan penangkapan mereka. Ini menciptakan latar belakang sejarah yang menjadi latar konteks puisi, mengungkapkan peristiwa-peristiwa dramatis yang sedang terjadi pada saat itu.
Ketidakpastian dan Kecemasan: Puisi ini mengekspresikan rasa ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakan oleh penyair. Dia berbicara dengan teman-temannya, mencoba untuk mengerti situasi dan merenungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Ketidakpastian ini tercermin dalam perbincangan mereka yang penuh dengan pertanyaan dan merenung.
Dualitas dan Konflik: Judul puisi, "Dari Dua Dunia Belum Sudah," menggambarkan dualitas dan konflik yang ada dalam realitas penyair. Dia hidup di antara dua dunia yang berbeda, yaitu dunia yang sudah terjadi (sejarah) dan dunia yang masih harus datang (kemungkinan). Konflik antara kedua dunia ini menciptakan rasa ketidakstabilan dan kebingungan.
Kesendirian dan Pemberontakan: Penyair merasakan kesendirian dan perasaan tidak dapat berbuat banyak di tengah situasi yang rumit ini. Dia menyatakan bahwa dia meninggalkan keluarganya dan merenung dalam kesendirian, merasa terisolasi dari dunia di sekitarnya. Namun, dalam gambaran malam yang menghentam, penyair merespons dengan tindakan pemberontakan dengan menendang sepatunya ke dinding.
Perubahan yang Tak Terhindarkan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perubahan yang tak terhindarkan dan terkadang menakutkan. Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah menciptakan gelombang perubahan yang mempengaruhi kehidupan individu. Penyair mengungkapkan bahwa perubahan itu datang tanpa ampun, mengubah dunia dan orang-orang di dalamnya.
Puisi "Dari Dua Dunia Belum Sudah" menggambarkan perasaan ketidakpastian, kecemasan, dan perubahan yang dialami oleh penyair di tengah peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting. Melalui bahasa yang kuat dan imaji yang tajam, puisi ini merangkum kondisi sosial dan emosional yang rumit dalam konteks sejarah Indonesia.