Puisi: Alun-Alun Asal Kelakon (Karya Sam Haidy)

Puisi "Alun-Alun Asal Kelakon" mengeksplorasi pergumulan emosional dalam sebuah hubungan dengan penekanan pada perubahan waktu dan janji ...
Alun-Alun
(Asal Kelakon)


Dua pergumulan singkat
Dan aku pun terjerat!
Di batik kepalamu aku tersungkur
Di pelik pesonamu aku terbujur.

Delapan musim kemudian
Dengan takhta di genggaman
Aku akan menunggumu
Di ayunan itu.


Ciamis, September 2017

Analisis Puisi:
Puisi "Alun-Alun Asal Kelakon" karya Sam Haidy menggambarkan pergumulan emosional singkat dan keintiman dalam sebuah hubungan yang terjadi dalam beberapa baris pendek.

Kekuatan Metafora: Penyair menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan hubungan antara dua individu. Kata-kata seperti "batik kepalamu" dan "pelik pesonamu" menunjukkan adanya daya tarik yang kompleks antara dua orang yang terlibat.

Pergumulan Emosional: Dalam puisi ini, terdapat pergumulan emosional yang terasa intens namun singkat. Penyair merangkai kata-kata yang merujuk pada konflik atau perjuangan batin yang terjadi dalam hubungan tersebut.

Progres Waktu: Puisi menyampaikan perubahan dan progres waktu. Dengan menyebutkan "Delapan musim kemudian," penyair mengisyaratkan sebuah jangka waktu yang telah berlalu, menggambarkan perubahan yang mungkin terjadi dalam hubungan antara subjek dan objek puisi.

Janji Pertemuan di Masa Depan: Pada akhir puisi, terdapat janji untuk bertemu di masa depan dengan referensi pada "ayunan itu." Hal ini menciptakan nuansa harapan dan kemungkinan rekonsiliasi, atau sekadar pertemuan di tempat yang memiliki makna khusus bagi keduanya.

Keterbatasan Teks: Puisi yang singkat ini memberikan makna yang dalam dengan sedikit kata. Hal ini memungkinkan pembaca untuk melakukan interpretasi yang berbeda-beda terkait hubungan yang digambarkan.

Puisi "Alun-Alun Asal Kelakon" merupakan puisi yang singkat namun sarat akan makna. Puisi ini mengeksplorasi pergumulan emosional dalam sebuah hubungan dengan penekanan pada perubahan waktu dan janji pertemuan di masa depan. Penggunaan kata-kata metaforis memperkuat ekspresi perasaan dalam hubungan yang tergambarkan dalam puisi tersebut.

"Puisi Sam Haidy"
Puisi: Alun-Alun (Asal Kelakon)
Karya: Sam Haidy

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kepada Hadirin Sekaliansemakin engkau mencari akusemakin orang lain engkau temukansemakin orang lain engkausemakin aku engkau rindukanMakassar, 1970Sumber: Horison (Mei, 1974)…
  • Dalam PerjalananKuturutkan pohon-pohon asam: di siang mencuci musimBergalau debu dan keringat yang mulai pijarKuturutkan lakon-lakon burung: meninggalkan sarangTiada bekal setalen.…
  • Z"Gerangan lagu apa?". Laki-laki ituMendengar suara musik dari jauhTak kunjung dekat"Ke tempat itu kamu pergi, Kelana Pandir!"Dia meneguk minuman kerasnyaDan bayang-bayangnya meman…
  • YKita tidak akan bisa tidur kalau tinggal di hotel ituNamun kita akan menuju ke kota itu dan menginapDi hotel yang demikianPelayannya suka mengomel dan mabokPelancong suka singgahH…
  • Di Telaga Warna, Rindu Pun TibaTak ada siang di telagamu?Duhai azimat dewa-dewaSeekor merpati menyisih ke udarasetelah menitipkan rindunya pada belukar tuaTak ada sunyi. Sayapnya m…
  • Qasidah (1)Menyanyi dalam qasidah. Malam pun majnunBertarung kulit-kulit rebana. Berpendar lampu merjanDi beranda agung.Aku masih tak yakin segera dinihari berusaha datangDalam sya…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.