Puisi: Tuhan, Tuhan, Kenapa Kau Tinggalkan Daku? (Karya Kurniawan Junaedhie)

Puisi "Tuhan, Tuhan, Kenapa Kau Tinggalkan Daku?" karya Kurniawan Junaedhie mengundang pembaca untuk merenungkan eksistensi spiritual dan hubungan ...
Tuhan, Tuhan, Kenapa Kau Tinggalkan Daku?

Aku telentang di rumput yang
penuh onak kayu
Sungai mengalir deras
di bawah tubuhku
Airnya tempias
mengempas wajahku.

Di bawah seluas-luas cakrawala
Aku coba menghitung luka
Memetik rasa pedih
Karena dikoyak waktu.

Jiwaku lapar
Perasaanku ngantuk 
Tubuh terasa mengapung
Dan kadang menghanyut
Entah ke mana.

Tahun demi tahun berlalu
Aku bagai masuk lorong waktu
Gagap, bimbang, gamang
Mondar-mandir dan salah jalan.

Yang kurindukan 
hanya suara-Mu.
Suara yang memanggil-manggil
Di tengah terjal batu-batu sungai.
Dan percik air yang
Membilas-bilas wajahku.

Tuhanku, Tuhanku
Sekarang aku sedang 
tak berdaya
Aku merindukan-Mu.
Kenapa Kau tinggalkan daku?

Aku telentang di rumput yang
penuh onak kayu
Sungai mengalir deras
di bawah tubuhku.
Kuseru-seru nama-Mu.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Tuhan, Tuhan, Kenapa Kau Tinggalkan Daku?" karya Kurniawan Junaedhie adalah sebuah penggalan dari perjalanan spiritual seseorang yang merenungkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan kekosongan.

Tema Utama

  • Rasa Kehilangan dan Kesendirian: Puisi ini mengeksplorasi tema tentang kehilangan dan kesendirian spiritual. Penyair mengungkapkan perasaan terpencil di tengah alam yang luas dan keras, diwakili oleh gambaran rumput penuh onak kayu dan sungai yang mengalir deras. Ini mencerminkan rasa tersisih dan terasing dari kehadiran Tuhan.
  • Pencarian Makna: Puisi ini juga menggambarkan pencarian akan makna dalam kehidupan yang dipenuhi dengan penderitaan dan kebingungan. Penyair mencoba menghitung luka-luka dan memetik rasa pedih karena diserang oleh waktu dan peristiwa-peristiwa yang mengejutkan.
  • Rindu akan Kehadiran Tuhan: Sentimen rindu yang mendalam terhadap kehadiran Tuhan sangat kental dalam puisi ini. Penyair merindukan suara Tuhan yang memanggil di tengah situasi sulit dan mengharapkan kehadiran-Nya untuk menghibur dan memberi arah.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Imaji yang Kuat: Kurniawan Junaedhie menggunakan imaji-imaji kuat seperti rumput onak kayu dan sungai yang mengalir deras untuk menggambarkan kondisi fisik dan emosional penyair. Ini menciptakan suasana alam yang keras dan penuh tantangan.
  • Penggunaan Pengulangan: Pengulangan frasa "Aku telentang di rumput yang penuh onak kayu / Sungai mengalir deras di bawah tubuhku" memperkuat tema tentang kehampaan dan perasaan terasing.
  • Ritme dan Suara: Ritme puisi ini terasa mengalir seperti sungai yang disebutkan dalam teksnya, dengan penggunaan kata-kata yang mengalir dan mendalam, mencerminkan gelombang perasaan yang dialami oleh penyair.

Interpretasi dan Makna

  • Pencarian Keberadaan Tuhan: Puisi ini merupakan ungkapan keinginan yang dalam untuk mengenal dan merasakan kehadiran Tuhan di tengah kesulitan hidup. Ini menyoroti kebutuhan manusia akan spiritualitas dalam mengatasi ketidakpastian dan penderitaan.
  • Kesepian dan Penderitaan: Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan penderitaan yang mendalam, di mana penyair merasa terasing dari Tuhan dan merindukan perlindungan-Nya di tengah kondisi yang sulit.
Puisi "Tuhan, Tuhan, Kenapa Kau Tinggalkan Daku?" karya Kurniawan Junaedhie adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang pencarian akan makna hidup dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah penderitaan dan kesendirian. Dengan menggunakan imaji yang kuat dan ritme yang mengalir, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan eksistensi spiritual dan hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa dalam menghadapi tantangan hidup. Ini adalah karya sastra yang memprovokasi pemikiran tentang ketakutan, rindu, dan harapan akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia.

Kurniawan Junaedhie
Puisi: Tuhan, Tuhan, Kenapa Kau Tinggalkan Daku?
Karya: Kurniawan Junaedhie

Biodata Kurniawan Junaedhie:
  • Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.