Teluk Bayur
Dia pelabuhan yang membuka pintu hatinya bagi perantau,
datang dan pergi aku mendengar suaranya di lepas pulau.
Di sini aku lahir dan besar dimandikan asam garamnya,
juga masa perang dan damai kami tanggung bersama.
Perang pernah menenggelamkan kapal dan tongkang,
tidak itu saja, bom dan peluru merenggut nyawa banyak orang.
Depan pelabuhan Pulau Telok berjaga dan melindungi,
dari gelombang datang atau angin dan badai.
Teluk Bayur tempatku lahir,
tempatku menggali pantun dan akar syair.
Amsterdam, 21 Februari 2008
Puisi: Teluk Bayur
Karya: Mawie Ananta Jonie