Puisi: Sitor di Tengah Malam (Karya Kurniawan Junaedhie)

Puisi "Sitor di Tengah Malam" karya Kurniawan Junaedhie mengeksplorasi tema melankolia dan keterasingan melalui perjalanan malam yang dingin dan ...
Sitor di Tengah Malam (1)

Udara dingin membelit losmen tua itu
ketika jam menunjukkan pukul dua pagi.
Seantero langit tampak jelaga.
Sitor marga Ompu Sunggu membuka jendela kamarnya,
Angin berebutan masuk ke dalam kamar.
Ke dalam mantel Sitor.
Ke dalam jantung Sitor. 

Sitor di Tengah Malam (2)

Lift macet. 
Menyalakan gajet,
ia  menuruni tangga, 
Di wallpaper, wajah Dainang muncul.
Tersenyum, tampak gigi emasnya.
Dan aneh, di telinga, ada  suara gegas 
kereta melintas, petikan Hasapi , 
dan perasaan turbulensi.
Sitor menarik nafas.

Sitor di Tengah Malam (3)

Sampai di trotoar,
jalanan lengang.
Embun dingin memercik.
Kota kecil itu, mulai mendengkur, pikir Sitor
Seekor anjing terdengar melolong.

Sitor di Tengah Malam (4)

Ketika tiba di stasiun
lampu stasiun menyala remang 
Bangku-bangku di dalam peron diduduki 
bayangan cahaya yang bergoyang

Sitor di Tengah Malam (5)

Sitor menyusuri rel
Lalu langit mendadak pecah:
Seekor gagak hitam melesat 
di atas kepalanya
Sitor terempas.  

Sitor di Tengah Malam (6)

Di sebuah pohon tua dekat loko
Gagak itu mengerjap-ngerjapkan matanya.
Memandang Dainang yang muncul di wallpaper.
Dan tampak gigi emasnya.

2017

Analisis Puisi:

Puisi "Sitor di Tengah Malam" karya Kurniawan Junaedhie menyajikan sebuah perjalanan malam yang penuh dengan melankolia dan simbolisme. Melalui enam bagian puisi ini, pembaca diundang untuk merasakan atmosfer malam yang dingin dan sunyi, serta mengikut jejak Sitor, tokoh yang berada di tengah suasana yang penuh dengan kesunyian dan refleksi.

Sitor di Tengah Malam (1)

Pada bagian pertama, puisi ini membuka dengan gambaran atmosfer malam yang dingin dan suram. Sitor, tokoh utama, berada di losmen tua saat jam menunjukkan pukul dua pagi. Gambar langit yang jelaga dan udara dingin yang membelit menambah kesan melankolis. Saat Sitor membuka jendela kamarnya, angin dingin masuk, menyelimuti tubuhnya dan menyentuh jantungnya. Ini menandakan kedalaman emosi dan ketidaknyamanan yang dirasakannya.

Sitor di Tengah Malam (2)

Bagian kedua melanjutkan dengan Sitor yang menghadapi kesulitan praktis: lift macet. Dalam kegelapan malam, ia menyalakan gajet dan menuruni tangga, di mana wajah Dainang muncul di wallpaper. Dainang, dengan senyum dan gigi emasnya, merupakan simbol dari sesuatu yang jauh namun dekat dalam ingatan Sitor. Suara kereta dan petikan Hasapi, bersama dengan perasaan turbulensi, menciptakan suasana yang penuh ketidakpastian dan kegelisahan. Sitor menarik nafas dalam-dalam, mencerminkan kedalaman emosinya.

Sitor di Tengah Malam (3)

Saat Sitor sampai di trotoar, suasana malam semakin dingin dengan embun yang memercik. Kota kecil tempat ia berada mulai tenang, dengan hanya seekor anjing yang melolong di kejauhan. Keheningan ini menggarisbawahi rasa keterasingan dan kesendirian yang dialami Sitor, saat ia merenungkan ketenangan kota yang kontras dengan kegelisahan batinnya.

Sitor di Tengah Malam (4)

Di bagian ini, Sitor tiba di stasiun dengan lampu yang menyala remang-remang. Bangku-bangku di peron dipenuhi dengan bayangan cahaya yang bergoyang. Ini menciptakan suasana yang hampir surreal dan menambah rasa ketidakpastian yang dirasakan Sitor. Stasiun yang kosong dan sepi mencerminkan suasana hati yang hampa dan terasing.

Sitor di Tengah Malam (5)

Sitor kemudian menyusuri rel kereta, dan tiba-tiba langit pecah dengan kehadiran seekor gagak hitam yang melesat di atas kepalanya. Gagak ini, sebagai simbol kematian dan kegelapan, menggambarkan momen keterkejutan dan keputusasaan yang dialami Sitor. Terempas oleh kehadiran gagak, Sitor merasakan sebuah gangguan emosional yang mendalam.

Sitor di Tengah Malam (6)

Pada bagian terakhir, gagak yang sama terlihat mengerjap-ngerjapkan matanya di sebuah pohon tua dekat loko. Gagak itu menatap Dainang di wallpaper dengan gigi emasnya, menciptakan koneksi antara masa lalu dan saat ini. Gambar ini menandakan bahwa meskipun Sitor mencoba untuk melanjutkan hidupnya, ingatan dan perasaan terhadap Dainang tetap membayangi setiap langkahnya.

Puisi "Sitor di Tengah Malam" karya Kurniawan Junaedhie mengeksplorasi tema melankolia dan keterasingan melalui perjalanan malam yang dingin dan sunyi. Dengan penggunaan simbolisme seperti gagak dan gambar Dainang, puisi ini menggambarkan perjuangan emosional Sitor dalam menghadapi kesendirian dan kenangan yang terus menghantuinya. Atmosfer malam yang dingin dan sunyi menciptakan latar belakang yang ideal untuk merenungkan kedalaman perasaan dan keresahan batin, menjadikan puisi ini sebuah karya yang penuh dengan refleksi dan keindahan yang gelap.

Kurniawan Junaedhie
Puisi: Sitor di Tengah Malam
Karya: Kurniawan Junaedhie

Biodata Kurniawan Junaedhie:
  • Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.