Puisi: Para Pedagang (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Para Pedagang" karya Muhammad Rois Rinaldi mengungkapkan bagaimana perdagangan dan ekonomi sering kali menjadi sumber konflik dan ...
Para Pedagang

Bukan. Bukan agama. Peperangan
datang  dari pasar-pasar. Agama
hanya minyak. Para pedagang
menyalakan api.  Bukan. Bukan batas
negara. Batas negara  menjaga nyawa.
Di pasar nyawa hanya benda murah
dalam etalase. Kematian
sumber keuntungan dan permusuhan
adalah jalan yang harus diciptakan
- menuju kedigjayaan pasar -
pasar itu.

Bukan. Pedagang bukan yang  tampak
di permukaan. Mereka hanya pesuruh.
Para pedagang sembunyi di balik
kostum dan topeng. Tetapi
mereka tidak pernah jauh dari penderitaan
manusia. Mereka selalu hadir di tengah
kebingungan membawa angin
perdamaian sambil mengajari siapa saja
mengongkang senjata.

Datang. Mereka selalu datang. Mengingatkan
harga tanah. Harga samodra. Harga udara.
Mereka membuat benua-benua bertemu
dalam ketegangan. Mereka selalu berbisik
tentang ras para petarung dan suku-
suku abadi di bumi.

Ketika korban bertumbangan, tidak ada
satu pun manusia dapat menghentikan.
Mereka menanam kata persahabatan
di sepanjang pemakaman. Bendera putih
berkibaran di antara isak dan pekik. 

Viral! Viral!

Negeri-negeri telah dihubungkan
dengan potongan tangan dan kepala.
Duka dikemas dalam sejuta iklan.

Indonesia, 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Para Pedagang" karya Muhammad Rois Rinaldi adalah sebuah kritik tajam terhadap kapitalisme dan eksploitasi yang dilakukan oleh para pedagang besar. Melalui bahasa yang metaforis dan kuat, puisi ini mengungkapkan bagaimana perdagangan dan ekonomi sering kali menjadi sumber konflik dan penderitaan bagi manusia.

Pasar sebagai Sumber Peperangan
Pembukaan puisi ini langsung menolak anggapan bahwa agama adalah sumber peperangan. Sebaliknya, Rinaldi menunjukkan bahwa pasar adalah tempat di mana konflik dimulai:
  • "Peperangan datang dari pasar-pasar": Menunjukkan bahwa motivasi ekonomi dan perdagangan adalah penyebab utama peperangan.
  • "Agama hanya minyak. Para pedagang menyalakan api": Agama digunakan sebagai alat atau alasan untuk menyalakan konflik yang sebenarnya didorong oleh kepentingan ekonomi.
Nyawa sebagai Komoditas
Rinaldi menggambarkan bagaimana dalam sistem kapitalis, nyawa manusia dianggap murah dan diperjualbelikan:
  • "Di pasar nyawa hanya benda murah dalam etalase": Nyawa manusia direduksi menjadi sekadar barang dagangan yang bisa diperjualbelikan.
  • "Kematian sumber keuntungan dan permusuhan adalah jalan yang harus diciptakan": Menunjukkan bahwa konflik dan kematian adalah alat untuk mencapai dominasi pasar.
Pedagang sebagai Dalang Tersembunyi
Puisi ini juga mengkritik para pedagang besar yang bersembunyi di balik topeng dan tidak tampak di permukaan:
  • "Pedagang bukan yang tampak di permukaan. Mereka hanya pesuruh. Para pedagang sembunyi di balik kostum dan topeng": Menyiratkan bahwa mereka yang terlihat sebagai pedagang hanyalah perantara, sedangkan aktor sebenarnya bersembunyi di balik layar.
  • "Mereka selalu hadir di tengah kebingungan membawa angin perdamaian sambil mengajari siapa saja mengongkang senjata": Ironi bahwa para pedagang besar berbicara tentang perdamaian sementara mereka memfasilitasi konflik.
Eksploitasi Global dan Duka
Rinaldi menggambarkan bagaimana para pedagang besar mengeksploitasi sumber daya global dan manusia:
  • "Mereka selalu datang. Mengingatkan harga tanah. Harga samodra. Harga udara": Segala sesuatu di dunia ini dinilai berdasarkan keuntungan ekonomi.
  • "Negeri-negeri telah dihubungkan dengan potongan tangan dan kepala": Menyiratkan bahwa globalisasi ekonomi dilakukan dengan cara-cara kekerasan dan eksploitasi manusia.
Ironi dan Kritik Sosial
Puisi ini juga memuat ironi terhadap kapitalisme yang membungkus duka dalam iklan:
  • "Duka dikemas dalam sejuta iklan": Menggambarkan bagaimana penderitaan manusia diubah menjadi komoditas yang bisa dijual.
Puisi "Para Pedagang" karya Muhammad Rois Rinaldi adalah sebuah puisi yang mengkritik tajam kapitalisme dan cara-cara di mana perdagangan global menyebabkan konflik dan penderitaan manusia. Melalui metafora yang kuat dan ironis, Rinaldi menyoroti bagaimana pedagang besar yang tidak terlihat di permukaan sebenarnya mengendalikan banyak aspek kehidupan dan menyebabkan kerusakan yang luas. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari sistem ekonomi global dan mendorong kritik terhadap eksploitasi manusia dan sumber daya.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Para Pedagang
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.