Puisi: Pantai Tirta Samudra (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Pantai Tirta Samudra" karya Kinanthi Anggraini menggambarkan perasaan penulis terhadap seorang tokoh bernama Ari Nendra dan pengalaman ...
Pantai Tirta Samudra
(: Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Pada akhirnya, aku memilih cintamu Ari Nendra
lelaki bermata elang berpendar merah membara
menggenggam pasir putih di setiap lipatan senja
bersama buih yang berkerling serupa intan permata.

Kala itu kau memegangi kerang di dada
yang kau dapat di pesisir pantai jepara
mengingatkanku pada ucap wanita setengah baya
tentang cerita berlimpahnya bandeng dan paya-paya
bertemu Amir Hasan, kala menjalankan titah Ayahanda.

    Tugas menyebarkan agama dari Sunan Muria
    Pulau bawah gunung bernama Karimunjawa

Sementara sepiring kerang dan rajungan telah matang
berakhir di panci panas bercampur cabai dan bawang
berhias langit dengan bermacam warna layang-layang
membumbungkan kesetiaan yang tak pernah usang.

Dan akhirnya angin menyentilku bercengkerama
tak henti berlarian di letupan buih segara
berair jernih sepadan air minum biasa
membuatku tak ingin beranjak kemanapun jua.

Sembari menunggu janji, untai kalung di dada
yang satu persatu kau pintal di pantai Tirta Samudra
tempat di mana aku menemukan tambatan jiwa
karang yang berharga dari ribuan butir mutiara.

Surakarta, 9 April 2013

Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Pantai Tirta Samudra" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah karya yang memadukan keindahan alam pantai dengan kisah cinta dan kenangan. Melalui deskripsi yang detail dan simbolisme yang kaya, puisi ini menggambarkan perasaan penulis terhadap seorang tokoh bernama Ari Nendra dan pengalaman emosional yang terhubung dengan pantai Tirta Samudra.

Tema Utama

  • Cinta dan Kenangan: Tema utama puisi ini adalah cinta dan kenangan yang terkait dengan pantai Tirta Samudra. Cinta penulis terhadap Ari Nendra, yang digambarkan dengan karakteristik khusus seperti "mata elang berpendar merah membara," merupakan pusat dari puisi ini.
  • Keindahan Alam sebagai Latar Cerita: Pantai Tirta Samudra berfungsi sebagai latar cerita yang penting dalam puisi ini, menciptakan suasana yang romantis dan reflektif. Keindahan pantai, kerang, buih, dan layang-layang menambah kekayaan emosional dan visual dalam puisi.

Penggunaan Bahasa

  • Deskripsi Visual yang Kuat: Kinanthi Anggraini menggunakan deskripsi visual yang kuat untuk menggambarkan keindahan pantai dan pengalaman emosional. Frasa seperti "mata elang berpendar merah membara," "pasir putih di setiap lipatan senja," dan "buih yang berkerling serupa intan permata" memberikan gambaran yang jelas dan memikat.
  • Bahasa yang Penuh Simbolisme: Bahasa dalam puisi ini penuh dengan simbolisme, seperti kerang yang menjadi simbol kenangan, dan angin serta buih yang menggambarkan perasaan penulis. Penggunaan bahasa ini menambah kedalaman makna puisi dan memperkuat tema utama.

Simbolisme

  • Pantai Tirta Samudra sebagai Simbol Cinta dan Kenangan: Pantai Tirta Samudra berfungsi sebagai simbol cinta dan kenangan yang mendalam. Tempat ini menjadi latar di mana penulis menemukan "tambatan jiwa" dan "karang yang berharga dari ribuan butir mutiara," yang mencerminkan nilai emosional dan sentimental.
  • Kerang dan Rajungan sebagai Simbol Kenangan dan Tradisi: Kerang dan rajungan, serta cerita tentang bandeng dan paya-paya, menjadi simbol dari tradisi dan kenangan masa lalu. Ini mengaitkan pengalaman pribadi dengan konteks budaya dan sejarah.
  • Angin dan Buih sebagai Simbol Perasaan dan Waktu: Angin dan buih di pantai melambangkan perasaan penulis dan perjalanan waktu. Mereka menggambarkan bagaimana perasaan dan kenangan bisa berubah seiring waktu, tetapi tetap menyentuh dan mempengaruhi.

Makna

  • Cinta yang Terhubung dengan Alam: Puisi ini menunjukkan bagaimana cinta penulis terhubung dengan keindahan alam dan pengalaman di pantai. Pantai Tirta Samudra menjadi simbol dari hubungan emosional dan kenangan yang kuat.
  • Refleksi tentang Kenangan dan Tradisi: Melalui deskripsi tentang kerang, rajungan, dan cerita sejarah, puisi ini merefleksikan pentingnya kenangan dan tradisi dalam membentuk pengalaman pribadi dan hubungan.
  • Keindahan Alam sebagai Tempat Refleksi: Pantai berfungsi sebagai tempat refleksi dan penemuan diri, di mana penulis menemukan "tambatan jiwa" dan pengalaman yang mendalam. Keindahan alam membantu penulis untuk merenung dan menemukan makna dalam perasaan mereka.
Puisi "Pantai Tirta Samudra" karya Kinanthi Anggraini adalah karya yang memadukan keindahan alam dengan kisah cinta dan kenangan yang mendalam. Melalui deskripsi visual yang kuat, simbolisme yang kaya, dan penggunaan bahasa yang penuh makna, puisi ini menggambarkan bagaimana cinta dan kenangan terhubung dengan alam dan pengalaman pribadi. Pantai Tirta Samudra menjadi simbol dari nilai emosional dan sentimental yang mendalam, menciptakan karya yang indah dan reflektif.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Pantai Tirta Samudra
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.