Puisi: Panen (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Panen" karya Piek Ardijanto Soeprijadi menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan petani dan kegembiraan mereka dalam panen.
Panen

Sejak kemarau ini kita tidak kehausan lagi
bendungan sumber di gunung telah kita bingkari
jangan takut kepanasan di sawah
di musim labuh sudah lelah.

Kini tangah mengapal pacul
pantat mengapal bajak
kaki mengapal lumpur
kita akan makmur.

Tetangga panggillah ke sawah
padi menguning rebah
mari menuai padi tua
mari pesa dalam kerja.

Panggil gembala di gunung gundul
yang melagu gambangsuling
suruh kemari berkumpul
memetik padi menguning.

Pak lurah undanglah bersuka
jangan menunggu lumbungnya saja
saksikan panen yang kini tiba
betapa meriah pesta kerja.

Sawah kita kini luas-luas berbatas
musim labuh nanti harus kerja keras
anak cucu diberi contoh kerja tabah
biar habis kisa tuan-tanah.

Mari menuai
beramai-ramai
mari nembang
panen datang.

Suwe ora jamu
jamu godong duren
suety ora ketemu
ketemu mangsa panen
(lama tidak berobat
berobat daun durian
lama tidak berjumpa
berjumpa musim panen)

Kini kita angkat sumpah
tuan-tanah mesti punah
bocah-bocah megah gagah
kakinya berpijak di sawah.

Aoi petani teriak berbondong-bondong
kami turut membela membangun tanah air
petani selalu bergotong-royong
hidup di desa damai tak punya akhir.

Aoi petani teriak lantang padat
kami mau lagi angkat senjata
untuk merebut Irian Barat
dan mempertahankan merdeka.

1962

Analisis Puisi:

Puisi "Panen" karya Piek Ardijanto Soeprijadi menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan petani dan kegembiraan mereka dalam panen.

Kesejahteraan dalam Kelimpahan: Penyair memulai dengan gambaran tentang kelimpahan sumber daya alam, seperti air dari bendungan dan tanaman padi yang menguning, yang membawa kesenangan dan kesejahteraan bagi petani. Ini menggambarkan siklus alam yang memberi makan dan memberkati masyarakat agraris.

Kerja Keras dan Kerjasama: Puisi ini menyoroti kerja keras dan kerjasama yang diperlukan dalam proses panen. Mulai dari mengapalkan pacul hingga mengumpulkan hasil panen, setiap tahap membutuhkan usaha yang keras dan kolaborasi antarpetani.

Kemakmuran dan Perayaan: Kehadiran panen tidak hanya membawa kemakmuran materi, tetapi juga kebahagiaan sosial. Desa dijelaskan sebagai tempat yang meriah dengan panggilan untuk bekerja dan merayakan hasil panen bersama-sama.

Pesan Sosial dan Politik: Puisi ini tidak hanya menyoroti kehidupan sehari-hari petani, tetapi juga menyentuh pada pesan sosial dan politik. Ada rasa kebanggaan akan kerja keras petani dan aspirasi untuk melindungi tanah air, seperti dalam penjagaan dan pemertahanan terhadap Irian Barat.

Kembali ke Akar: Penyair menekankan pentingnya petani dalam membangun dan mempertahankan masyarakat desa yang damai. Ada ungkapan rindu untuk mempertahankan tradisi dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan petani.

Puisi "Panen" adalah penghormatan yang indah terhadap kehidupan petani dan kebesaran panen. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, Piek Ardijanto Soeprijadi berhasil menggambarkan kehidupan petani dengan semua tantangannya serta kegembiraan dan kebanggaan dalam hasil panen.

Piek Ardijanto Soeprijadi
Puisi: Panen
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi:
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.