Analisis Puisi:
Puisi "Kutanya Cahaya, Air, dan Api" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa menghadirkan serangkaian pertanyaan dan jawaban yang menggambarkan kondisi dunia dan manusia.
Simbolisme Cahaya, Air, dan Api: Ketiga elemen ini tidak hanya menggambarkan unsur alam, tetapi juga melambangkan aspek-aspek kehidupan manusia. Cahaya melambangkan pengetahuan, kebenaran, dan pencerahan. Air melambangkan kehidupan, kesuburan, dan pemurnian. Api melambangkan kehangatan, kekuatan, dan hasrat.
Pertanyaan yang Filosofis: Penyair mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang kondisi dunia dan manusia. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan rasa ingin tahu tentang keberadaan, tujuan hidup, dan kondisi sosial manusia.
Jawaban yang Menyoroti Kehati-hatian Manusia: Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa masalah utama bukanlah kondisi fisik dunia, tetapi kondisi batin manusia. Gelapnya dunia bukan karena kurangnya cahaya, tetapi karena kegelapan hati manusia. Kekeringan bukan karena kurangnya air, tetapi karena kekeringan jiwa manusia. Panasnya dunia bukan karena berlebihnya api, tetapi karena panasnya nafsu manusia.
Refleksi tentang Kondisi Manusia: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kondisi batin manusia dan dampaknya terhadap dunia. Penyair menekankan bahwa solusi terhadap masalah dunia dimulai dari penyembuhan dan pemurnian hati dan jiwa manusia.
Kesadaran akan Tanggung Jawab: Dengan menyampaikan pertanyaan dan jawaban yang dalam, puisi ini menciptakan kesadaran akan tanggung jawab moral manusia terhadap alam dan sesama. Manusia dihadapkan pada tugas untuk mencari pencerahan, kedamaian, dan keseimbangan dalam diri mereka sendiri, sehingga dapat membawa perubahan positif dalam dunia.
Secara keseluruhan, puisi "Kutanya Cahaya, Air, dan Api" adalah sebuah puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan kondisi manusia dan dunia, serta untuk bertindak secara bijaksana dan bertanggung jawab dalam menciptakan perubahan yang lebih baik.