Analisis Puisi:
Puisi "Kami Kehilangan Kau Bron" karya Mawie Ananta Jonie adalah sebuah penghormatan mendalam untuk seorang teman dekat, Bron, yang telah meninggalkan dunia ini. Melalui puisi ini, Jonie menyampaikan rasa kehilangan dan rasa hormatnya dengan menyelami kenangan-kenangan bersama Bron, serta merayakan perjalanan hidup yang telah mereka lalui.
Menelusuri Kenangan Bersama
Puisi ini dimulai dengan gambaran suasana mendung yang meliputi langit beberapa hari setelah kepergian Bron. "Langit beberapa hari mendung, menangis tanpa gelegar guruh," menandakan suasana duka dan kehilangan yang mendalam. Dengan metafora ini, Jonie mengungkapkan betapa besar rasa kehilangan yang dirasakannya—seakan langit pun ikut merasakan kesedihan yang menyelimuti hati.
Bron digambarkan sebagai sosok yang telah memberikan banyak makna dan inspirasi melalui cerita-ceritanya. "Ribuan cerita laksaan makna telah kau sembahkan kepada semua," menunjukkan bahwa Bron bukan hanya seorang teman, tetapi juga seorang guru dan inspirator yang memengaruhi banyak orang dengan mimpi-mimpinya.
Persahabatan dan Perjuangan Bersama
Kenangan pertama yang diungkapkan adalah saat mereka bersama di Cidurian pada tahun enam-puluhan. "Ketika tahun enam-puluhan kita duduk bersama di Cidurian," menyiratkan masa-masa awal persahabatan mereka. Di sini, mereka bergandengan tangan, membela kemerdekaan dan berjuang bersama. "Nyanyian kita sama detak jantung kita satu, membela Kemerdekaan berderap maju," menggambarkan kebersamaan dan tekad mereka dalam perjuangan yang sama.
Persahabatan mereka berlanjut ke berbagai belahan dunia, termasuk Tiongkok Rakyat, di mana Bron mengajar Jonie tentang nilai-nilai dan budaya baru. "Bertemu lagi di Tiongkok Rakyat kau mengajar aku belajar," menunjukkan bahwa Bron memiliki peran penting dalam mendidik dan membimbing Jonie. Mereka juga bekerja bersama di sebuah desa gunung batu, "di tanah air berlangsung perburuan manusia penuh darah," yang mencerminkan tantangan dan perjuangan yang mereka hadapi bersama.
Perjalanan dan Kenangan Abadi
Puisi ini melanjutkan dengan menggambarkan perjalanan hidup mereka yang penuh warna. "Puluhan tahun hidup kita ya Bron tanpa visa dan paspor," menekankan bahwa mereka telah menjelajahi dunia tanpa batasan formal, berbagi angan-angan dan impian mereka. "Kau di Paris aku di tempat kita bertemu sering Amsterdam," mencerminkan perjalanan dan pertemuan mereka di berbagai lokasi penting, memperkuat ikatan persahabatan mereka.
Akhirnya, puisi ini mengakhiri dengan sebuah perpisahan yang penuh hormat. "Kini kau telah pergi Bron aku mengucapkan selamat jalan," adalah ungkapan perasaan Jonie yang dalam dan tulus untuk sahabatnya yang telah meninggal. Dengan penuh kepercayaan bahwa Bron akan menemukan ketenangan di "pelabuhan penghabisan," Jonie mengungkapkan rasa hormat dan doa untuk perjalanan terakhir Bron.
Makna dan Pesan
Puisi "Kami Kehilangan Kau Bron" adalah sebuah puisi yang tidak hanya menggambarkan rasa kehilangan tetapi juga merayakan kekuatan persahabatan dan perjuangan bersama. Jonie menggunakan kenangan dan pengalaman hidup mereka untuk menunjukkan betapa besar pengaruh Bron dalam hidupnya. Puisi ini adalah sebuah penghormatan kepada seorang teman yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam hati Jonie dan banyak orang lainnya.
Dengan gaya naratif yang penuh perasaan dan simbolisme yang kaya, Mawie Ananta Jonie berhasil menyampaikan pesan tentang betapa berartinya persahabatan dan perjuangan dalam menghadapi kehidupan dan perpisahan. Puisi ini adalah cerminan dari dedikasi, cinta, dan penghormatan yang abadi untuk sosok Bron dan kenangan yang telah mereka bagikan bersama.
Karya: Mawie Ananta Jonie