Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Jarum Jam" karya Kinanthi Anggraini merupakan sebuah karya yang memadukan imaji-imaji kaya dengan simbolisme yang mendalam. Melalui permainan kata-kata yang cermat dan metafora yang kuat, Anggraini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan waktu dan berbagai pengalaman yang menyertainya.
Festival Cahaya dan Parade Bunga: Awal Perjalanan
Di ujungnya ada; festival cahaya, parade bunga kurban air dan emas lunak yang disurut oleh semut dan sudut itu ada liukan bekas sungai kering yang mempunyai telaga darat yang ditumpangi kereta.
Bagian awal puisi ini menghadirkan gambaran indah tentang cahaya dan keindahan yang mungkin ditemui di ujung waktu. Festival cahaya dan parade bunga menggambarkan momen-momen kebahagiaan dan perayaan dalam hidup. Namun, ada juga unsur-unsur yang lebih gelap dan kompleks, seperti sungai kering dan telaga darat yang ditumpangi kereta, yang mengindikasikan perjalanan yang penuh dengan tantangan dan perubahan.
Menjadi Rintik dalam Detik: Personifikasi Waktu
Waktu itu aku menjadi rintik dalam detik Waktu itu aku menjadi suara dalam menitnya Waktu itu aku menjadi cerita pada genangan debu yang takut untuk berkedip.
Anggraini menggunakan personifikasi untuk menggambarkan bagaimana waktu mempengaruhi dirinya. Menjadi rintik dalam detik menggambarkan bagaimana setiap momen kecil memiliki dampak yang signifikan. Suara dalam menitnya menunjukkan bagaimana setiap menit dipenuhi dengan aktivitas dan suara kehidupan. Cerita pada genangan debu yang takut untuk berkedip menggambarkan bagaimana ingatan dan pengalaman terkadang terjebak dalam masa lalu, takut untuk bergerak maju.
Butir-Butir Mengikat: Pembentukan Identitas
Ketika butir-butir mengikat ujung plastik sampai buta saat itu juga terbentuk ayunan sebulat konfigurasi cahaya.
Pada bagian ini, butir-butir yang mengikat menggambarkan bagaimana berbagai pengalaman dan momen-momen kecil membentuk identitas dan kehidupan seseorang. Ujung plastik yang buta bisa diartikan sebagai ketidakpastian atau kekacauan dalam proses ini. Namun, pada akhirnya, terbentuklah ayunan sebulat konfigurasi cahaya, yang menggambarkan pencapaian harmoni dan pemahaman dalam kehidupan.
Simbolisme dan Makna Mendalam
Puisi ini sarat dengan simbolisme yang menggambarkan perjalanan hidup dan waktu. Festival cahaya dan parade bunga mewakili kebahagiaan dan perayaan, sementara sungai kering dan telaga darat mencerminkan tantangan dan perubahan. Personifikasi waktu sebagai rintik, suara, dan cerita menunjukkan bagaimana setiap momen berharga dan berkontribusi pada keseluruhan pengalaman hidup. Butir-butir yang mengikat dan pembentukan ayunan cahaya menggambarkan proses pencarian identitas dan harmoni.
Puisi "Jarum Jam" karya Kinanthi Anggraini adalah puisi yang kaya akan imaji dan simbolisme, menggambarkan perjalanan waktu dan berbagai pengalaman yang membentuk kehidupan seseorang. Melalui bahasa yang indah dan metafora yang kuat, Anggraini berhasil menghadirkan refleksi mendalam tentang bagaimana setiap momen dalam waktu memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan perjalanan hidup kita. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang waktu, pengalaman, dan pencarian harmoni dalam kehidupan.
Karya: Kinanthi Anggraini
Biodata Kinanthi Anggraini:
Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.
Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.
Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.
Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).