Puisi: Cinta Dekat Pulau (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Cinta Dekat Pulau" karya Nirwan Dewanto menyajikan eksplorasi yang mendalam tentang cinta dan hubungan melalui penggunaan simbolisme alam ...
Cinta Dekat Pulau

Di jalan menuju biru
si dara mahir berlagu:
"Kuperam gempa di perutmu,
kusadap api di kerucutmu."

Di jalan menuju jingga
si bujang membuka peta:
"Kusesap laut berhati muda,
kupagut pulau bermata dua."

Ketika sirip hiu
menggores lunas perahu
kauusap ujung batangku
hingga habis ngilu.

Di jalan menuju lagu
derap kaki sang bujang-dara
menyerakkan putih terumbu
ke luas jantung yang berbisa.

Ketika kulit sagu
mencapai matahari
kututupi buah dadamu
dengan biji kenari.

Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Cinta Dekat Pulau" karya Nirwan Dewanto menyajikan eksplorasi yang mendalam tentang cinta dan hubungan melalui penggunaan simbolisme alam yang kuat. Dengan menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks menggunakan imagery alam dan peristiwa, puisi ini menciptakan gambaran yang indah dan sarat makna tentang interaksi antara dua individu dan alam sekitar mereka.

Perjalanan Emosional dan Simbolisme Warna

Puisi ini dimulai dengan "Di jalan menuju biru / si dara mahir berlagu", yang mengisyaratkan awal dari perjalanan emosional atau spiritual. "Di jalan menuju biru" bisa dianggap sebagai simbol untuk pencarian kedamaian atau kedalaman emosional. Si dara (gadis) menyanyikan lagu dengan lirik "Kuperam gempa di perutmu, / kusadap api di kerucutmu", yang mengungkapkan kerinduan dan gairah yang mendalam, menggunakan gambaran gempa dan api untuk menandakan intensitas perasaannya.

Peta dan Laut sebagai Simbol

Selanjutnya, "Di jalan menuju jingga / si bujang membuka peta" menggambarkan perjalanan yang penuh petualangan dan eksplorasi. "Kusesap laut berhati muda, / kupagut pulau bermata dua" menunjukkan keterhubungan dengan elemen alam dan bagaimana si bujang (pemuda) menghubungkan cinta dengan laut dan pulau. Laut yang "berhati muda" dan pulau yang "bermata dua" menandakan keabadian dan kompleksitas hubungan mereka, serta berbagai lapisan emosi yang terlibat.

Konflik dan Keseimbangan

"Ketika sirip hiu / menggores lunas perahu" menggambarkan ancaman atau konflik yang mengganggu perjalanan. Sirip hiu yang menggores perahu dapat melambangkan bahaya yang mengancam hubungan. "Kauusap ujung batangku / hingga habis ngilu" menunjukkan upaya untuk mengatasi atau menyembuhkan rasa sakit atau luka emosional.

Hubungan dan Harmoni

Di bagian berikutnya, "Di jalan menuju lagu / derap kaki sang bujang-dara / menyerakkan putih terumbu" melambangkan bagaimana kedua individu ini bergerak menuju harmoni atau keseimbangan dalam hubungan mereka. "Putih terumbu" dapat menandakan kemurnian dan kedamaian yang mereka cari.

Kesimpulan dan Penutup

"Ketika kulit sagu / mencapai matahari / kututupi buah dadamu / dengan biji kenari" menyimpulkan perjalanan dengan gambaran yang lebih intim dan pribadi. "Kulit sagu mencapai matahari" menggambarkan pencapaian atau puncak dari perjalanan, sedangkan menutupi "buah dadamu" dengan "biji kenari" menunjukkan upaya untuk melindungi atau menyimpan cinta dan hubungan mereka dengan penuh perhatian.

Puisi "Cinta Dekat Pulau" karya Nirwan Dewanto menggunakan simbolisme alam dan perjalanan emosional untuk mengeksplorasi tema cinta dan hubungan. Dengan menggambarkan perjalanan menuju berbagai warna dan elemen alam, puisi ini menyajikan pandangan mendalam tentang kompleksitas dan keindahan cinta. Menggunakan imaji yang kuat dan deskripsi yang detail, Nirwan Dewanto menciptakan sebuah karya yang mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana cinta berinteraksi dengan elemen-elemen alami dan bagaimana kita mengatasi tantangan dalam hubungan kita. Puisi ini mengajak kita untuk melihat hubungan sebagai sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan keindahan, konflik, dan harmoni.

Nirwan Dewanto
Puisi: Cinta Dekat Pulau
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.