Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah" karya Beni Setia adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema kehilangan, kerinduan, dan perjalanan emosional melalui penggunaan citra alam dan simbolisme yang kuat. Dengan gaya yang puitis dan reflektif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman ziarah, baik secara literal maupun metaforis.
Makna dan Simbolisme
- Setapak yang Dihapus dan Semak-perdu: Puisi dimulai dengan gambar setapak yang dihapus rumput dan disembunyikan semak-perdu, menciptakan suasana yang penuh ketidakpastian dan kebingungan. Setapak yang hilang ini melambangkan jalan atau arah yang telah hilang, menyisakan kebingungan dan kehilangan arah. Ini bisa diartikan sebagai simbol perjalanan hidup yang terhalang oleh ketidakpastian atau kesulitan yang tidak terduga.
- Burung-Burung dan Kepompong: Burung-burung yang bercericit tajam dan angin yang meriapkan daun jambu menciptakan suasana yang dinamis dan penuh kehidupan. Sementara itu, kepompong yang akan berubah menjadi kupu-kupu melambangkan perubahan dan transformasi. Kontras antara suara burung dan kepompong menunjukkan bahwa di tengah-tengah perubahan dan pergerakan, ada proses transformasi yang sedang berlangsung.
- Suara Ricik Air dari Kali: Suara ricik air dari kali yang mengisyaratkan ada yang pergi dan tidak pernah kembali adalah simbol dari kehilangan dan perpisahan yang mendalam. Air kali yang mengalir bisa melambangkan waktu atau perjalanan yang tidak bisa diulang, dan kehilangan sesuatu atau seseorang yang tidak akan kembali lagi. Ini mencerminkan bagaimana pengalaman dan perasaan kita sering kali tidak dapat diulang atau dikembalikan.
- Rindu dan Cinta: Pernyataan "Seperti rindu + cinta" di akhir puisi menggarisbawahi bahwa perasaan yang ditinggalkan oleh kehilangan sering kali merupakan campuran dari kerinduan dan cinta. Rindu yang mendalam dan cinta yang kuat sering kali terjalin, menciptakan perasaan yang kompleks dan tidak mudah diungkapkan.
Tema dan Refleksi
Puisi "Ziarah" mengeksplorasi tema kehilangan dan perjalanan emosional dengan menggunakan simbolisme alam yang kuat. Melalui gambaran setapak yang hilang, burung-burung, kepompong, dan suara air kali, Beni Setia berhasil menyampaikan perasaan kerinduan dan perpisahan yang mendalam.
- Perjalanan dan Kehilangan: Puisi ini mencerminkan bagaimana perjalanan hidup sering kali dipenuhi dengan kehilangan dan perpisahan. Setapak yang dihapus dan semak-perdu menunjukkan bagaimana jalan yang kita lalui bisa menjadi tidak jelas atau terhalang oleh kesulitan, sementara suara ricik air dan kepompong melambangkan proses yang terus berlanjut meskipun ada kehilangan.
- Transformasi dan Perubahan: Kepompong yang akan menjadi kupu-kupu adalah simbol dari perubahan dan transformasi. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada perasaan kehilangan dan kerinduan, ada juga proses perubahan yang membawa kemungkinan baru dan pertumbuhan.
- Kombinasi Rindu dan Cinta: Puisi ini menggarisbawahi bagaimana rindu dan cinta sering kali saling terkait. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita cintai sering kali meninggalkan perasaan campur aduk yang mencakup kerinduan mendalam dan cinta yang tak terlupakan.
Puisi "Ziarah" karya Beni Setia adalah sebuah karya yang menyentuh dan reflektif tentang tema kehilangan, perjalanan emosional, dan perubahan. Dengan menggunakan simbolisme alam dan citra yang kuat, puisi ini berhasil menciptakan gambaran mendalam tentang perasaan kerinduan dan perpisahan. Melalui gaya puitisnya, Beni Setia mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman pribadi mereka dan bagaimana kehilangan dan perubahan membentuk perjalanan hidup kita.
Biodata Beni Setia:
- Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.