Puisi: Sajak Tangan Hitam (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Sajak Tangan Hitam" menggambarkan perasaan terbelenggu, konflik internal, dan keinginan untuk merdeka dari situasi yang sulit atau penuh ...
Sajak Tangan Hitam

Ada tangan hitam
yang selalu menangkapku
memasukkanku dalam sangkarmu.

Ada tangan hitam
yang selalu mengikatku
membakarku dalam apimu.

Ada tangan hitam
yang selalu menjeratku
meluluhkanku dalam darahmu.

- Kuberikan kebebasan padamu
sebagaimana kumerdekakan mereka
dari penjara-penjaranya, katamu.

Tapi tangan-tangan hitam
selalu memburuku
mengembalikanku
ke dalam penjara
tubuhku sendiri.

1993

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Tangan Hitam" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan pengalaman seseorang yang merasa terbelenggu dan terjebak dalam situasi yang sulit atau penuh penderitaan.

Metafora Tangan Hitam: Tangan hitam dalam puisi ini merupakan metafora yang kuat yang mewakili kekuatan atau kekuasaan yang menindas atau menguasai penyair. Tangan hitam digambarkan sebagai sosok yang selalu menangkap, mengikat, dan menjebak penyair, membawanya ke dalam situasi yang tidak diinginkan.

Perasaan Terbelenggu: Puisi ini menggambarkan perasaan penyair yang merasa terbelenggu atau terjebak dalam situasi yang sulit atau tidak dapat dihindari. Meskipun penyair telah memberikan kebebasan pada tangan hitam tersebut, namun ia masih merasa terjebak dan tidak bisa lepas dari pengaruhnya.

Keinginan untuk Merdeka: Penyair menyatakan keinginannya untuk merdeka dan membebaskan diri dari pengaruh yang mengikatnya. Namun, tangan hitam selalu kembali memburu penyair, mengembalikannya ke dalam "penjara" tubuhnya sendiri, menunjukkan bahwa kebebasan yang diinginkan sulit untuk dicapai.

Simbolisme Darah: Penggunaan kata "darah" dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari penderitaan atau pengorbanan yang penyair alami. Darah juga dapat menggambarkan kekerasan atau pertumpahan darah yang terjadi dalam situasi yang sulit atau penuh konflik.

Konflik Internal: Puisi ini mencerminkan konflik internal penyair antara keinginan untuk merdeka dan keterikatan pada situasi yang sulit atau penuh penderitaan. Penyair berjuang untuk membebaskan diri namun terus terjebak dalam lingkaran siklus yang mengikatnya.

Penutup yang Reflektif: Puisi ini ditutup dengan kalimat yang reflektif, menunjukkan bahwa penyair menyadari bahwa ia masih terjebak dalam situasi yang sulit dan sulit untuk lepas dari pengaruh tangan hitam tersebut. Hal ini menggambarkan perjuangan penyair untuk mencari kebebasan dan kemerdekaan dari situasi yang membelenggunya.

Dengan demikian, puisi "Sajak Tangan Hitam" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perasaan terbelenggu, konflik internal, dan keinginan untuk merdeka dari situasi yang sulit atau penuh penderitaan.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Sajak Tangan Hitam
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.