Puisi: Negeri Daun Gugur (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Negeri Daun Gugur" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan sebuah realitas yang penuh dengan ketidakadilan, eksploitasi alam, dan ...
Negeri Daun Gugur

Daun-daun berguguran
Bukan oleh sentuhan angin
Tapi petikan tangan-tangan rahasia
Yang menangkup pintu-pintu Cinta

Bunga-bunga bangsa berguguran
Bukan oleh peluru musuh bangsa
Tapi oleh tangan-tangan kapeka
Yang mengirim mereka ke balik penjara

Pohon-pohon bertumbangan
Bukan karena lapuk dan tua
Tapi gergaji pemegang hapeha
Menggasak dan melipatnya
Jadi angka-angka rahasia

Kulit bumi pun terluka-luka
Oleh beko dan zakar angkara
Yang mengeruk apa saja,
Minyak, emas, timah, permata
tembaga, dan batu bara
untuk dikunyah tanpa sisa
oleh mulut-mulut yang tak jelas
warna benderanya

Begitulah negeri daun gugur
Kerakusan jadi agama
Dan agama jadi topeng
Untuk menutup wajah buaya
Daun-daun keadilan pun gugur
Menyampah di tiap sudut kota
Kehadiran Tuhan tinggal kata-kata
Di masjid-masjid lapuk
Dan gereja-gereja tua.

Jakarta, 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Negeri Daun Gugur" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan sebuah realitas yang penuh dengan ketidakadilan, eksploitasi alam, dan penindasan sosial.

Metafora Daun Gugur: Daun yang berguguran menjadi metafora untuk kehancuran dan kebinasaan, tidak hanya alam tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang tercerabut oleh tindakan manusia.

Penindasan dan Eksploitasi: Penyair menyoroti penindasan dan eksploitasi yang dilakukan oleh penguasa yang korup dan kejam. Bunga-bunga bangsa yang berguguran tidak hanya melambangkan korban-korban dari kekuasaan yang zalim, tetapi juga kehilangan kebebasan dan martabat oleh tindakan otoriter.

Kerakusan dan Kerusakan Lingkungan: Puisi ini menggambarkan kerakusan manusia yang tak terbatas dalam merusak lingkungan. Pohon-pohon yang bertumbangan bukan karena usia tua, melainkan karena eksploitasi manusia yang rakus terhadap sumber daya alam.

Kritik Terhadap Kekerasan dan Kekacauan: Penyair mengecam kekerasan, kekacauan, dan ketidakadilan yang merajalela dalam masyarakat. Dia menggambarkan bahwa agama dan nilai-nilai keadilan telah dikorup oleh kepentingan politik dan ekonomi.

Kehilangan Keadilan dan Kemanusiaan: Puisi ini mencerminkan kerinduan akan keadilan dan kemanusiaan yang hilang dalam sebuah masyarakat yang dipenuhi oleh korupsi dan kejahatan.

Kehadiran Tuhan yang Diragukan: Penyair meragukan keberadaan Tuhan dalam konteks kehancuran dan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya. Dia menggambarkan bahwa kehadiran Tuhan hanya tinggal sebagai kata-kata di tempat-tempat ibadah yang lapuk, sementara manusia terus melakukan perbuatan zalim.

Dengan demikian, puisi "Negeri Daun Gugur" adalah sebuah puisi yang menyentuh hati dan menggugah kesadaran akan kejahatan manusia terhadap alam dan sesama. Ini menjadi suara bagi mereka yang tertindas dan terpinggirkan dalam sebuah masyarakat yang dipenuhi oleh kekerasan dan ketidakadilan.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Negeri Daun Gugur
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.