Puisi: Fragmen Perjamuan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Fragmen Perjamuan" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan sebuah perjamuan mengerikan yang melambangkan keadaan masyarakat perkotaan ...
Fragmen Perjamuan

Kalau kau mau, teguklah
Ini minuman metropolitan
Ada rasa comberan, amis darah
Kasus penusukan, pedih air mata
Korban penggusuran, atau anyir keringat buruh yang bercucuran
Di bilik-bilik pengap penindasan

Tak perlu ragu untuk memilih hidangan:
Soto ban bekas dengan kuah banjir,
Gado-gado knalpot panggang bus kota,
Sop tulang rakyat atau sate paha artis film kacangan
Kalau kau mau yang lebih besar
Jutaan rumah rakyat dapat digusur
Seperti pion-pion dalam catur
Tinggal kau telan tanahnya
Seperti menelan irisan semangka

Jangan terkejut, bung!
Ini perjamuan ala metropolitan
Dengan menu film porno dan berita perkosaan,
Korupsi dan manipulasi,
Dalam koor "bagimu negeri kami mengabdi"
Silahkan pilih sesuka hati,
Mau makan ala monyet kebun binatang,
Ala kucing tetangga yang suka mencuri ikan,
Ala tikus got,
Atau buaya yang kelaparan tujuh bulan, mencaplok semua yang disuka:
Gedung-gedung bertingkat, super market,
Mall, lapangan golf, kapal pesiar,
Jalan-jalan raya, antena parabola,
Dan kalau perlu, Pulau Jawa.

Ini Jakarta bung, bukan lagi Betawi
Mereka bilang:
Ketimbang jadi tikus berdasi,
Lebih enak jadi buaya bertopeng manusia.

1994

Analisis Puisi:

Puisi "Fragmen Perjamuan" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan sebuah perjamuan mengerikan yang melambangkan keadaan masyarakat perkotaan yang korup dan penuh dengan ketidakadilan.

Metafora Perjamuan: Perjamuan yang digambarkan dalam puisi ini bukanlah perjamuan biasa, melainkan perjamuan yang terdiri dari pilihan-pilihan pahit dan menyakitkan yang mencerminkan realitas kehidupan di kota besar.

Kehadiran Ketidakadilan dan Penderitaan: Penyair menggambarkan kehadiran ketidakadilan, penderitaan, dan kekejaman yang menghantui masyarakat perkotaan. Minuman metropolitan yang disajikan memiliki rasa pahit dari kasus-kasus kejahatan dan penindasan yang terjadi di kota.

Pilihan yang Sulit: Dalam perjamuan ini, orang-orang dipaksa untuk memilih di antara pilihan-pilihan yang sulit dan tidak adil. Mereka dihadapkan pada menu-menu yang mencerminkan realitas kehidupan yang keras dan tidak manusiawi.

Kritik terhadap Kebijakan Pembangunan: Puisi ini mengkritik keras kebijakan pembangunan yang mengorbankan kepentingan rakyat demi kepentingan elit politik dan ekonomi. Penggusuran rumah-rumah rakyat untuk kepentingan proyek-proyek besar menjadi bukti nyata dari ketidakadilan ini.

Ironi di Balik Perayaan: Dalam perjamuan ini, ada ironi yang mendalam di balik perayaan dan kemewahan yang ditampilkan. Ironi tersebut terletak pada fakta bahwa sementara sebagian masyarakat menikmati kemewahan, sebagian besar lainnya menderita dan terpinggirkan.

Jakarta yang Terdistorsi: Penyair menggambarkan Jakarta sebagai sebuah kota yang telah terdistorsi, di mana nilai-nilai tradisional dan budaya Betawi telah digantikan oleh korupsi, manipulasi, dan kekacauan.

Tantangan untuk Pembaca: Melalui puisi ini, penyair menantang pembaca untuk merenungkan realitas kehidupan di kota besar dan untuk bertindak untuk mengubahnya menuju ke arah yang lebih adil dan manusiawi.

Dengan demikian, puisi "Fragmen Perjamuan" adalah sebuah puisi yang menggambarkan keadaan yang keras dan tidak adil dalam masyarakat perkotaan, sambil mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap penderitaan sesama manusia dan untuk bertindak dalam mengatasi ketidakadilan.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Fragmen Perjamuan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.