Puisi: Berapa Kali Kita Kehilangan dalam Menanti (Karya Beni Setia)

Puisi "Berapa Kali Kita Kehilangan dalam Menanti" mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan emosional mereka sendiri dan bagaimana mereka ...
Berapa Kali Kita Kehilangan dalam Menanti

Berapa kali kita kehilangan dalam menanti
jam berdetik, angin menghembus
dan debu menyerbu jendela. Tahankah
melihat usia melenggang lewat?

Deretan kenangan makin lama makin panjang
pondok-pondok kecil, taman-taman mungil
penuh kehidupan. Kini, di sini, senantiasa
"Selamat pagi, selamat berhari baru"

O, pondok-pondok kecil, taman-taman mungil
sebagian jiwa kita, terjangkar
di kini. Kekal
di sini.

20-5-1982

Sumber: Horison (November, 1982)

Catatan:
Puisi ini tidak memiliki judul.

Analisis Puisi:

Puisi "Berapa Kali Kita Kehilangan dalam Menanti" oleh Beni Setia adalah sebuah karya yang mendalam, mengeksplorasi tema kehilangan, waktu, dan nostalgia melalui metafora yang sederhana namun kuat. Dengan menggunakan bahasa yang reflektif dan struktur yang berulang, puisi ini menciptakan sebuah gambaran tentang perjalanan emosional dan mental seseorang dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan dalam hidup.

Tema dan Makna Puisi

Puisi ini berfokus pada tema kehilangan dan ketahanan dalam menunggu. Melalui frasa-frasa yang menggugah, Beni Setia menggambarkan bagaimana waktu dan pengalaman membentuk perasaan kehilangan dan bagaimana seseorang menghadapi perubahan tersebut.

Kehilangan dalam Menanti: "Berapa kali kita kehilangan dalam menanti." Pembuka puisi ini langsung mengajukan pertanyaan yang mendalam, menyoroti perasaan kehilangan yang mungkin timbul saat seseorang menunggu sesuatu yang tidak pasti. Menunggu menjadi simbol dari harapan dan juga kekecewaan ketika harapan tersebut tidak terpenuhi.
Perubahan dan Kenangan: "Deretan kenangan makin lama makin panjang." Menggambarkan bagaimana kenangan dari masa lalu terus bertambah seiring berjalannya waktu. Kenangan ini menjadi bagian dari identitas seseorang dan mungkin menandakan proses pendewasaan dan perubahan.

Penggunaan Metafora dan Imaji

  • "Jam berdetik, angin menghembus dan debu menyerbu jendela": Metafora ini menggambarkan berjalannya waktu dan perubahan yang tak terhindarkan. Jam yang berdetik menandakan waktu yang terus bergerak, sementara angin dan debu menggambarkan ketidakpastian dan perubahan yang tidak dapat dikendalikan.
  • "Pondok-pondok kecil, taman-taman mungil": Menggunakan gambaran tempat-tempat sederhana untuk menunjukkan kenangan dan bagian-bagian dari kehidupan yang telah berlalu. Pondok dan taman melambangkan tempat-tempat yang penuh dengan kehidupan dan makna.

Pengulangan

  • "O, pondok-pondok kecil, taman-taman mungil": Pengulangan frasa ini memberi penekanan pada pentingnya kenangan dan bagian-bagian dari masa lalu yang masih mempengaruhi diri saat ini. Pengulangan ini menciptakan kesan yang mendalam dan menyentuh hati.

Refleksi Filosofis dan Emosional

Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan proses kehilangan dan penerimaan dalam hidup. Dengan menggambarkan kenangan dan perubahan sebagai bagian dari perjalanan hidup, puisi ini menyiratkan bahwa kehilangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman manusia.
  • Ketahanan dalam Menunggu: Puisi ini menunjukkan ketahanan yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian dan perubahan. Proses menunggu, meskipun penuh dengan kehilangan, juga merupakan bagian dari perjalanan hidup yang lebih besar.
  • Nostalgia dan Kenangan: "Kekal di sini." Menyiratkan bahwa meskipun banyak hal berubah dan banyak yang hilang, kenangan dan bagian-bagian dari masa lalu tetap ada dalam bentuk yang kekal. Ini menunjukkan bagaimana kenangan membentuk identitas dan mempengaruhi persepsi kita tentang waktu dan pengalaman.
Puisi "Berapa Kali Kita Kehilangan dalam Menanti" adalah puisi yang mengeksplorasi tema-tema kehilangan, waktu, dan nostalgia dengan cara yang sederhana namun mendalam. Dengan menggunakan metafora dan pengulangan, Beni Setia menciptakan sebuah gambaran tentang bagaimana kenangan dan perubahan membentuk pengalaman hidup seseorang. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan emosional mereka sendiri dan bagaimana mereka menghadapi kehilangan dan perubahan. Melalui puisi ini, kita diingatkan bahwa meskipun banyak yang hilang dan berubah, kenangan dan bagian-bagian dari masa lalu tetap memiliki tempat yang kekal dalam diri kita.

Beni Setia
Puisi: Berapa Kali Kita Kehilangan dalam Menanti
Karya: Beni Setia

Profil Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.