Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Surat dari Biji Kopi (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Surat dari Biji Kopi" karya Afrizal Malna mengajarkan bahwa kehidupan bisa dibaca melalui hal-hal sederhana yang dekat dengan manusia.
Surat dari Biji Kopi

Bau kopi keluar dari napasnya, seperti jalan lurus yang
 bagian belakangnya menghilang. Ia duduk di bagian
 
belakang dari bau kopi itu. Biji-biji kopi itu membuatnya i
ngin bergerak, antara air yang mendidih dan suhu
 
yang tak terukur dalam pikirannya.

Bau kopi ini untukmu m
enangis, dan membiarkan kenangan membuat bingkai-
bingkainya sendiri pada sisa kopi di dasar cangkirnya. Dan
 
ia kembali duduk di bagian belakang bau kopi, sisa hangat
 
antara pahit dan manis di lidahnya.

“Cinta”, dia seperti
 
ingin jatuh, telungkup dan menggenggam semua yang
 
berjatuhan dari biji-biji kopi. Kapal-kapal yang bergerak
 
sendiri mencari bau kopi, kuburan petani kopi, cerita yang
 
saling mengunjungi dan menghapus pasir di pantai.
 
Bau itu
 
mengikatnya lebih dalam dari semua yang mengabur di
 
depannya, dari semua yang menghilang di belakangnya.

Sumber: Tempo (25 Maret 2012)

Analisis Puisi:

Afrizal Malna dikenal sebagai salah satu penyair Indonesia yang khas dengan gaya puisinya yang eksperimental, penuh imaji, dan cenderung menghadirkan dunia sehari-hari dalam bentuk yang baru dan segar. Puisi "Surat dari Biji Kopi" merupakan salah satu karya yang menggambarkan kekuatan simbolis dari benda sederhana, yakni biji kopi, untuk merefleksikan perjalanan batin, cinta, kenangan, hingga realitas sosial.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kenangan, cinta, dan kehidupan yang ditarik melalui simbol biji kopi. Kopi menjadi medium untuk menghadirkan suasana personal sekaligus sosial, pahit-manis kehidupan, juga jejak kenangan yang terus melekat.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merenungi hidup melalui secangkir kopi, di mana aroma dan sisa-sisanya menghadirkan ingatan, cinta, bahkan kisah para petani kopi yang ikut terjalin dalam setiap tegukan. Ada percampuran antara dunia batin penyair dengan realitas sosial, sehingga kopi bukan hanya minuman, tetapi juga surat kehidupan yang sarat makna.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup selalu terdiri dari pahit dan manis, kenangan dan kehilangan, cinta dan duka, yang semuanya dapat terwakili dalam secangkir kopi. Kopi bukan hanya minuman, melainkan simbol perjalanan manusia dengan segala kompleksitasnya. Selain itu, Afrizal Malna menyelipkan kesadaran sosial: di balik secangkir kopi yang dinikmati, ada kisah petani, ada kerja keras, bahkan ada penderitaan yang kerap dilupakan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, reflektif, sekaligus intim. Ada kehangatan dari aroma kopi, tetapi juga kesedihan yang muncul dari kenangan, cinta yang jatuh, dan gambaran kuburan petani kopi. Nuansa yang dihadirkan seolah menempatkan pembaca pada ruang sunyi untuk merenung.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat puisi ini adalah menghargai kehidupan dan kenangan dalam setiap hal kecil, termasuk secangkir kopi. Penyair ingin menunjukkan bahwa kopi menyimpan cerita personal sekaligus sosial, sehingga manusia tidak boleh melupakan asal-usul dari apa yang mereka nikmati. Selain itu, pesan lain adalah bahwa cinta dan hidup selalu punya dua sisi—pahit dan manis—yang harus diterima sebagai bagian dari perjalanan manusia.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji, yang membuat pembaca dapat merasakan suasana yang ditawarkan:
  • Imaji penciuman: “Bau kopi keluar dari napasnya, seperti jalan lurus yang bagian belakangnya menghilang” membangkitkan aroma kopi yang kuat.
  • Imaji penglihatan: “kenangan membuat bingkai-bingkainya sendiri pada sisa kopi di dasar cangkirnya” menghadirkan visual yang puitis dari sisa kopi.
  • Imaji perasaan: “sisa hangat antara pahit dan manis di lidahnya” menyalurkan pengalaman emosional yang bercampur antara kenikmatan dan kesedihan.
  • Imaji gerakan: “kapal-kapal yang bergerak sendiri mencari bau kopi” meluaskan makna kopi hingga ke imaji perjalanan dan dunia sosial.

Majas

Afrizal Malna menggunakan banyak majas untuk menghidupkan puisinya:
  • Majas personifikasi: “kenangan membuat bingkai-bingkainya sendiri”, seolah kenangan bisa bekerja layaknya manusia.
  • Majas metafora: kopi dijadikan metafora bagi cinta, kenangan, dan kehidupan.
  • Majas simbolik: “kuburan petani kopi” menjadi simbol penderitaan sosial yang tersembunyi di balik industri kopi.
  • Majas repetisi: pengulangan kata “bau kopi” sebagai pengikat suasana dan simbol utama.
Puisi "Surat dari Biji Kopi" karya Afrizal Malna mengajarkan bahwa kehidupan bisa dibaca melalui hal-hal sederhana yang dekat dengan manusia. Kopi, dalam puisi ini, menjadi simbol perjalanan batin, cinta, kenangan, sekaligus representasi sosial dari penderitaan dan kerja keras. Dengan imaji yang kuat dan bahasa yang khas, Afrizal Malna mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap keseharian, karena di dalamnya tersimpan surat kehidupan yang tidak pernah selesai ditulis.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Surat dari Biji Kopi
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.