Puisi: Padang Rumput (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Padang Rumput" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran-
Padang Rumput

Aku meneduh di pertinggian hening. getar rumput menahan
kengerian yang dibuka di padang-padang. lolongan sia-sia
dari negeri-negeri jauh yang bersekutu dengan kematian.

mengucaplah nama-nama sunyi: siapa yang dekat dengan
alis mataku. berpamit dari manusia hanyalah peristiwa ajal
yang menyiksa matahari.

kalaulah burung pecah ia kembali jadi langit. kalaulah ikan
pecah ia kembali jadi laut. kalaulah rumput pecah ia kembali 
jadi tanah. kalaulah bunga pecah ia kembali jadi angin.

gajah itu semakin membengkak di mataku membawa-bawa
jarum jam. membawa-bawa padang rumput. dunia tidak di
sini!

aku meneduh dalam serba kebisuan
hanya jarum jam digerak-gerakkan angin. sendiri.

1982

Sumber: Abad yang Berlari (1984)

Analisis Puisi:

Puisi "Padang Rumput" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran-gambaran alam dan refleksi filosofis tentang kehidupan dan kematian.

Kesunyian dan Hening Alam: Penyair membuka puisi dengan gambaran pertinggian hening di atas padang rumput. Ini menciptakan suasana yang tenang dan hening, di mana getaran rumput menahan kengerian dan lolongan sia-sia dari jauh.

Nama-Nama Sunyi: Penyair mengajak pembaca untuk mengucapkan nama-nama sunyi, menyoroti kedekatan dengan keheningan alam dan ketenangan batin. Perpindahan dari kehidupan manusia menuju kematian diangkat sebagai peristiwa yang menyiksa matahari.

Siklus Alamiah Kehidupan dan Kematian: Di bagian selanjutnya, penyair merenungkan tentang siklus alamiah kehidupan dan kematian. Ia menggunakan gambaran tentang burung, ikan, rumput, dan bunga yang pecah untuk menyampaikan pesan tentang keabadian dan transformasi alam.

Kesadaran akan Kehancuran: Gambaran tentang gajah yang membawa jarum jam menggambarkan kesadaran akan waktu dan kehancuran. Penyair merasa bahwa dunia tidak ada di tempat itu, mencerminkan perasaan kekosongan dan kehilangan dalam menghadapi keterbatasan manusia.

Keterasingan dan Kesendirian: Puisi ini menggambarkan perasaan keterasingan dan kesendirian, di mana penyair menemukan ketenangan dalam kebisuan alam. Hanya jarum jam yang bergerak, mengingatkan akan perjalanan waktu yang tak terhindarkan.

Filosofi Kehidupan: Secara keseluruhan, "Padang Rumput" menciptakan ruang bagi refleksi tentang siklus kehidupan dan kematian, keheningan alam, dan perjalanan waktu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna eksistensial dan hubungan antara manusia dengan alam semesta.

Dengan penggunaan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat, Afrizal Malna berhasil menyajikan puisi yang menggugah pikiran dan menyentuh hati pembaca, mengajak mereka untuk menjelajahi makna yang lebih dalam dalam kehidupan dan alam semesta.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Padang Rumput
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.