Puisi: Ketika Bumi Mengandung Api, Bukit Kapur Dikelilingi Kubur (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Ketika Bumi Mengandung Api, Bukit Kapur Dikelilingi Kubur" karya Taufiq Ismail menggambarkan situasi suram dan tragis dengan latar belakang ...
Ketika Bumi Mengandung Api,
Bukit Kapur Dikelilingi Kubur

Perempuan-perempuan di Jawa Timur berhenti murka dan menangis
Kantor berita berhenti mengarang kabar-kabar
Hari masih tetap panas dalam kemarau yang aneh hitungannya
Angin mati sehari, sungai membuai dan mendung di atas hutan
Adalah kebun-kebun tembakau, siul suling gembala yang risau
Padang-padang cagar alam lalu jajaran bukit kapur
Semuanya terasa mendalam, semuanya jadi kabur

Seorang gadis kecil duduk terpencil, di ujung kampung
Hari ini keramasnya pertama, rambutnya basah dengan darah
Yatim piatu, merasa tak berarti dan termenung
Hari ini keramasnya pertama, rambutnya basah dengan darah

Genderang telah sayup bunyi namun bumi masih mengandung api
Hari membagi panas dalam kemarau yang ganjil hitungannya
Sepanjang gantungan kain jemuran bau cairan empedu
Dan di atas, burung-burung mengapung, menghitung-hitung

Kereta malam tergegas melewati desa dan kota
Pantai-pantai yang pernah indah dengan warna gembira
Matahari tenggelam ketika langit dan tanah penuh luka
Bisakah terbagi                                                  itu duka

Seorang gadis kecil duduk terpencil, di ujung kampung
Hari ini keramasnya pertama, rambutnya basah dengan darah
Dia merasa sakit, yatim piatu dan bermenung
Hari ini keramasnya pertama, rambutnya basah dengan darah

Perempuan-perempuan di Jawa Timur berhenti murka dan menangis
Kantor berita berhenti mengarang kabar-kabar
Hari masih tetap panas dan kemarau yang ganjil hitungannya
Angin mati sehari, sungai membuai dan mendung di atas hutan
Adalah kebun-kebun tembakau, siul suling gembala yang risau
Padang-padang cagar alam lalu jajaran bukit kapur
Semuanya terasa mendalam, semuanya jadi kubur.

Iowa City, 16 Februari 1972

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000)

Catatan:
Puisi Ketika Bumi Mengandung Api, Bukit Kapur Dikelilingi Kubur ini pernah dimuat di Horison edisi Agustus, 1972, namun di sana diberi judul Sajak Bukit Kapur.

Analisis Puisi:

Puisi "Ketika Bumi Mengandung Api, Bukit Kapur Dikelilingi Kubur" karya Taufiq Ismail adalah karya yang menggambarkan situasi suram dan tragis dengan latar belakang bencana atau konflik. Taufiq Ismail menggunakan bahasa yang penuh dengan simbolisme dan imaji yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang penderitaan, kehilangan, dan keputusasaan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari beberapa bait yang tidak memiliki pola rima tetap. Taufiq Ismail menggunakan repetisi untuk menekankan penderitaan yang dialami, terutama pada baris-baris tentang gadis kecil yang rambutnya "basah dengan darah." Gaya bahasa yang digunakan penuh dengan metafora dan imaji visual yang kuat, menciptakan suasana yang mendalam dan penuh emosi.

Analisis Tematik

  1. Penderitaan dan Kehilangan: Tema utama dalam puisi ini adalah penderitaan dan kehilangan. Hal ini terlihat jelas dalam penggambaran gadis kecil yang yatim piatu dan rambutnya yang basah dengan darah. Repetisi baris tentang gadis kecil ini menekankan perasaan sakit dan kehilangan yang mendalam.
  2. Konflik dan Bencana: Puisi ini menggambarkan situasi konflik atau bencana, yang diperkuat oleh metafora seperti "bumi mengandung api" dan "kemarau yang ganjil hitungannya." Deskripsi tentang kantor berita yang berhenti mengarang kabar-kabar dan perempuan-perempuan yang berhenti murka dan menangis juga menunjukkan adanya situasi krisis yang luar biasa.
  3. Keputusasaan dan Ketidakberdayaan: Ada perasaan keputusasaan yang mendalam dalam puisi ini, yang terlihat dalam deskripsi tentang "hari yang tetap panas" dan "angin mati sehari." Kehidupan yang biasanya indah dan penuh harapan sekarang terasa suram dan penuh dengan luka, seperti yang digambarkan dalam baris "pantai-pantai yang pernah indah dengan warna gembira" yang kini penuh luka.

Simbolisme dan Imaji

  1. Gadis Kecil: Gadis kecil dalam puisi ini adalah simbol dari kepolosan dan kerentanan. Rambutnya yang "basah dengan darah" menunjukkan kekerasan dan penderitaan yang dialaminya. Gadis kecil ini mungkin juga melambangkan generasi yang menjadi korban dari bencana atau konflik.
  2. Bumi Mengandung Api: Metafora "bumi mengandung api" melambangkan kekacauan dan kehancuran yang terjadi. Ini menunjukkan bagaimana alam dan kehidupan yang seharusnya damai sekarang penuh dengan bahaya dan kerusakan.
  3. Bukit Kapur dan Kubur: Bukit kapur yang dikelilingi kubur menciptakan imaji yang sangat kuat tentang kematian dan kehilangan. Ini juga menunjukkan bagaimana keindahan alam yang biasanya menjadi tempat perlindungan sekarang berubah menjadi tempat yang penuh dengan kesedihan dan kematian.

Pesan Sosial dan Filosofis

Puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang dampak bencana atau konflik terhadap individu dan komunitas. Taufiq Ismail mengingatkan kita tentang penderitaan yang dialami oleh mereka yang kehilangan orang-orang terkasih dan bagaimana krisis dapat mengubah kehidupan sehari-hari menjadi mimpi buruk. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketidakadilan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh korban-korban tersebut.

Puisi "Ketika Bumi Mengandung Api, Bukit Kapur Dikelilingi Kubur" adalah puisi yang sangat emosional dan penuh makna. Melalui penggunaan simbolisme dan imaji yang kuat, Taufiq Ismail berhasil menggambarkan penderitaan, kehilangan, dan keputusasaan yang dialami oleh individu dan komunitas dalam situasi krisis. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang dampak bencana dan konflik serta pentingnya empati dan solidaritas dalam menghadapi situasi-situasi sulit tersebut.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Ketika Bumi Mengandung Api, Bukit Kapur Dikelilingi Kubur
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.