Analisis Puisi:
Puisi "Kereta yang Berangkat" karya Dorothea Rosa Herliany menawarkan refleksi mendalam mengenai perpisahan, kenangan, dan ketidakmungkinan untuk kembali ke masa lalu. Dengan simbolisme kereta yang berangkat, puisi ini menggambarkan momen-momen perpisahan dan bagaimana kenangan dari masa lalu sering kali menjadi hal yang sulit dijangkau kembali.
Puisi ini menggunakan kereta sebagai metafora untuk perjalanan waktu dan perpisahan. Penuh dengan nuansa melankolis dan nostalgia, puisi ini menyiratkan perasaan kehilangan dan ketidakmampuan untuk mengulang masa lalu. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Dorothea mengeksplorasi tema perpisahan dan bagaimana kenangan sering kali terputus dan sulit untuk dikejar kembali.
Eksplorasi Tema dan Makna
- Saatnya Kereta Berangkat: "Rupanya telah sampai saatnya kereta / berangkat." Menggambarkan momen perpisahan yang tak terhindarkan. Kereta di sini melambangkan perjalanan atau perubahan yang membuat seseorang harus berpisah dari sesuatu atau seseorang yang penting. Saat kereta berangkat, ini menandakan akhir dari suatu fase atau hubungan.
- Lambaian Tangan dan Cerita-Cerita: "tinggal aku yang mesti lambaikan / tangan. cerita-cerita yang tinggal / berceceran." Momen perpisahan ini ditandai dengan tindakan lambaian tangan, simbol dari perpisahan yang penuh rasa. Cerita-cerita yang berceceran melambangkan kenangan dan pengalaman yang tersisa setelah perpisahan, yang tidak lagi bisa dikumpulkan atau dipertahankan.
- Bayangan-Bayangan yang Kabur: "kau di luar kaca jendela, dan / bayangan-bayangan pohon dan kota-kota yang kabur." Menggambarkan bagaimana orang yang ditinggalkan dan kenangan-kenangan yang tersisa tampak kabur dan tidak jelas, seiring dengan kereta yang semakin menjauh. Ini menandakan bahwa kenangan dari masa lalu menjadi semakin tidak jelas dan sulit dijangkau seiring dengan berjalannya waktu.
Ucapan Kelam dan Wajah dalam Cermin
- "ada yang kemudian kuingat, / ucapan yang kelam, 'selamat jalan!'" Menggambarkan bagaimana ucapan perpisahan terasa berat dan menandai akhir dari sebuah hubungan atau fase kehidupan.
- "tinggal wajahmu yang selalu dalam cermin, dan selalu / tak mungkin kembali kutemukan." Menunjukkan bahwa wajah atau kenangan orang yang dicintai masih terpantul dalam ingatan, tetapi tidak mungkin untuk benar-benar mengulang kembali masa lalu atau mengalami momen-momen itu lagi. Ini menggambarkan rasa kehilangan dan ketidakmungkinan untuk kembali ke waktu yang telah berlalu.
Makna dan Interpretasi
Puisi "Kereta yang Berangkat" menyiratkan tema-tema mendalam tentang perpisahan dan kenangan. Kereta sebagai simbol perjalanan dan perubahan membawa makna bahwa segala sesuatu dalam hidup berjalan menuju perpisahan dan akhir yang tidak dapat dihindari. Momen perpisahan ini tidak hanya mencakup fisik tetapi juga emosional, di mana kenangan dan pengalaman yang ditinggalkan menjadi semakin kabur dan sulit dijangkau.
Dorothea berhasil menciptakan suasana melankolis dan introspektif melalui penggunaan simbolisme kereta dan kaca jendela, yang mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana kita berpisah dari masa lalu dan bagaimana kenangan sering kali menjadi hal yang kabur dan sulit dicapai. Puisi ini mengingatkan kita akan ketidakmungkinan untuk kembali ke masa lalu dan bagaimana kita harus menerima perpisahan sebagai bagian dari perjalanan hidup.
Puisi "Kereta yang Berangkat" adalah karya yang menyentuh tema perpisahan dan kenangan dengan kepekaan dan keindahan bahasa, menawarkan refleksi yang mendalam tentang bagaimana kita menghadapi perubahan dan kehilangan dalam hidup kita.

Puisi: Kereta yang Berangkat
Karya: Dorothea Rosa Herliany
Biodata Dorothea Rosa Herliany:
- Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
- Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.