Puisi: Kepada Partai (Karya Agam Wispi)

Puisi "Kepada Partai" adalah sebuah ode kepada Partai Komunis Indonesia dan perjuangan kelas yang dibawanya. Melalui liriknya yang kuat dan penuh ...
Kepada Partai

Dia yang lahir dalam kancah perjuangan
kini sudah besar dan menjadi dewasa;
Dia yang dibesarkan dalam dadung pertempuran
beribu-ribu gugur, namun berjuta mengangkat panjinya.

Orang-orang munafik dan kerdil pikiran sia-sia mengintip rahasia:
Mengapa sejarah berpihak kepada kelas yang paling muda?
Mengapa komunisme kian merata, terudji, dan ditjinta?
Dan bagi rakyat pekerja, pejuang proletariat ubanan tetap remaja?

Siang bertukar malam dan malam berganti pagi
ribuan tahun manusia terbenam di lumpur perbudakan
Dan di kegelapan pikiran itu marx dan engels memercikkan api
dan di tiap negeri berkumandanglah lagu kebangkitan.

Seorang egom mati di tiang-gantungan
seorang aliarcham tewas di tanah-buangan;
Generasi baru datang, belajar tentang keberanian dan kearifan
satu demi satu musuh dikalahkan dan satu demi satu direbut kemenangan.

Marxisme-leninisme menemap perjuangan kelas
dan perjuangan kelas menyemai marxisme-leninisme;
O, revolusi cemerlang, yang sedang disiapkan nasion-nasion tertindas
dalam abad ini juga kita punahkan imperialisme.

Pada hari ke-empat-puluh-lima
dia sudah besar dan dewasa;
Diucapkan atau tidak, rakyat pekerja menyebut namanya
sederhana dan terang: Partai Komunis Indonesia.

Sumber: Kepada Partai (1965)

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Partai" karya Agam Wispi merupakan sebuah karya yang penuh semangat perjuangan dan pengakuan terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai kekuatan yang melawan penindasan. Melalui puisi ini, Wispi menggambarkan perjalanan partai dalam konteks sejarah perjuangan kelas, serta peran pentingnya dalam mengangkat suara rakyat pekerja.

Tema Perjuangan dan Kebangkitan

Puisi ini mengangkat tema perjuangan kelas dan kebangkitan rakyat. Wispi memulai dengan menyatakan bahwa partai, yang "lahir dalam kancah perjuangan," telah tumbuh besar dan dewasa, menunjukkan bahwa PKI bukanlah entitas yang muncul secara tiba-tiba, melainkan hasil dari perjuangan panjang yang melibatkan banyak pengorbanan. "Dia yang dibesarkan dalam dadung pertempuran beribu-ribu gugur," merujuk pada banyaknya tokoh dan rakyat yang telah berjuang dan bahkan mengorbankan nyawa mereka untuk tujuan yang lebih besar.

Pertanyaan Tentang Sejarah dan Kelas

Wispi mengajukan pertanyaan retoris tentang mengapa sejarah berpihak kepada kelas yang muda dan mengapa komunisme semakin merata dan dicintai. Ini menggambarkan kecemasan pihak-pihak yang menentang, yang "munafik dan kerdil pikiran," dan mengisyaratkan bahwa perubahan sosial yang didorong oleh komunisme sedang berlangsung dengan kekuatan yang tak terhindarkan. Dalam konteks ini, Wispi menyiratkan bahwa perjuangan untuk keadilan sosial adalah hal yang alami dan perlu, dan bahwa rakyat pekerja akan selalu menemukan cara untuk bangkit.

Pentingnya Marxisme-Leninisme

Wispi menekankan pentingnya ideologi Marxisme-Leninisme dalam membentuk perjuangan kelas. Dengan menyebutkan Marx dan Engels yang "memercikkan api," Wispi menunjukkan bahwa pemikiran mereka telah menjadi pendorong bagi kebangkitan gerakan proletariat di berbagai negara. "Lagu kebangkitan" yang berkumandang di tiap negeri mencerminkan solidaritas global dan harapan untuk perubahan yang lebih baik.

Generasi Baru dan Perjuangan Berkelanjutan

Puisi ini juga menyoroti peran generasi baru yang "datang, belajar tentang keberanian dan kearifan." Generasi ini bukan hanya mewarisi perjuangan sebelumnya, tetapi juga mengadaptasi dan meneruskan semangat itu dengan keberanian. Setiap kemenangan yang diperoleh mencerminkan proses belajar dan pertumbuhan, baik secara individu maupun kolektif.

Revolusi dan Penindasan

Konsep revolusi yang digambarkan dalam puisi ini adalah bagian dari nasib yang lebih besar bagi bangsa-bangsa yang tertindas. "O, revolusi cemerlang, yang sedang disiapkan nasion-nasion tertindas," menunjukkan harapan dan keyakinan bahwa perjuangan untuk membebaskan diri dari imperialisme akan segera terwujud. Wispi menciptakan gambaran bahwa masa depan akan lebih cerah bagi mereka yang berjuang.

Penutup yang Kuat

Puisi ini diakhiri dengan penegasan bahwa rakyat pekerja menyebut nama partai dengan "sederhana dan terang: Partai Komunis Indonesia." Ini mengindikasikan pengakuan dan dukungan dari basis massa, menegaskan bahwa partai adalah representasi dari suara rakyat. Dengan kalimat ini, Wispi menekankan bahwa PKI adalah bagian dari sejarah yang tak terpisahkan dari perjuangan rakyat Indonesia.

Puisi "Kepada Partai" adalah sebuah ode kepada Partai Komunis Indonesia dan perjuangan kelas yang dibawanya. Melalui liriknya yang kuat dan penuh semangat, Wispi mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan panjang perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh rakyat pekerja. Puisi ini tidak hanya merayakan sejarah, tetapi juga mengingatkan akan pentingnya perjuangan berkelanjutan untuk mencapai keadilan sosial dan kebebasan dari penindasan. Dalam konteks yang lebih luas, puisi ini menjadi simbol harapan bagi generasi yang akan datang dalam melanjutkan perjuangan untuk kebebasan dan keadilan.

"Agam Wispi"
Puisi: Kepada Partai
Karya: Agam Wispi

Biodata Agam Wispi:
  • Agam Wispi adalah seorang penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)
  • Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara.
  • Agam Wispi meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1930 di 1 Januari 2003, Amsterdam, Belanda.
© Sepenuhnya. All rights reserved.