Sumber: Tulisan pada Tembok (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "In Memoriam Kriapur" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya yang menggambarkan kesedihan, kehilangan, dan keindahan dalam kenangan. Melalui liriknya yang mendalam dan simbolis, Acep mengajak pembaca merasakan kerinduan dan kesedihan yang diungkapkan dalam surat yang ditujukan kepada seseorang yang telah pergi, Kriapur.
Tema dan Makna
Tema utama dalam puisi ini adalah kehilangan dan penghormatan. Surat yang menjadi fokus dalam puisi ini mewakili suara terakhir dari Kriapur, yang kini hanya dapat dikenang. Penggunaan kata-kata seperti “catatan sunyi” dan “kemurungan” menciptakan suasana hening dan melankolis, menggambarkan perasaan hampa yang ditinggalkan oleh kepergian seseorang yang dicintai.
Acep juga menyinggung tentang pengkhianatan bumi, yang menunjukkan ketidakadilan dan kekecewaan terhadap keadaan dunia. Frasa “menangisi bumi yang terus dikhianati” menekankan bahwa kerinduan terhadap Kriapur juga merupakan kerinduan terhadap suatu harapan dan keadilan yang telah hilang.
Imaji dan Gaya Bahasa
Imaji dalam puisi ini sangat kuat dan menggugah. Frasa seperti “minum darah bulan” menggambarkan pengalaman yang surreal dan emosional, di mana penulis merasakan kesedihan yang mendalam. Konsep bulan sebagai simbol kesedihan dan keindahan menyiratkan dualitas emosi yang dialami penulis—sekaligus merasakan kesedihan dan menemukan keindahan dalam kenangan.
Penggambaran tentang lampu yang “teramat redup untuk jadi petunjuk” menciptakan suasana kelam dan kehilangan arah. Ini melambangkan kebingungan dan ketidakpastian yang sering muncul setelah kehilangan. Bintang-bintang yang “menyisih ke balik selimut” menandakan hilangnya harapan atau panduan yang dulu ada, yang kini tidak lagi terlihat.
Kontradiksi Emosional
Dalam puisi ini, terdapat kontradiksi emosional yang menarik. Meskipun ada kesedihan yang mendalam, penulis juga menyisakan “sedikit kegembiraan” untuk kupu-kupu yang menandai jejak Kriapur. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada rasa sakit, masih ada ruang untuk keindahan dan kenangan manis yang dapat menghibur hati.
Ketika penulis “genggam suratmu dan kubaca fajar yang tiba,” terdapat harapan baru yang muncul meskipun di tengah kesedihan. Fajar sebagai simbol baru dan harapan menciptakan kesan bahwa meskipun kehilangan menyakitkan, hidup harus terus berjalan.
Puisi "In Memoriam Kriapur" karya Acep Zamzam Noor merupakan refleksi mendalam tentang kehilangan, kenangan, dan harapan. Dengan gaya bahasa yang puitis dan imageri yang kuat, Acep mampu menyampaikan kompleksitas emosi yang dialami ketika berhadapan dengan kehilangan. Puisi ini bukan hanya sebuah penghormatan kepada Kriapur, tetapi juga sebuah pengingat akan keindahan yang bisa ditemukan meskipun dalam kesedihan. Dalam setiap baitnya, pembaca diajak untuk merasakan kerinduan dan mengenang kembali momen-momen berharga yang pernah ada, sekaligus merenungkan arti kehidupan dan harapan di tengah duka.
Biodata Acep Zamzam Noor:
- Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
- Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.