Puisi: Batu Pacakop (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Batu Pacakop" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan tentang kehadiran dan kepergian seseorang, serta refleksi tentang kehidupan dan waktu ...
Batu Pacakop

Bibirku hanya mendarat di kening batu karang
Ketika angin mengabarkan seseorang pergi ke selatan
Dan menghilang di balik ombak. Maka kecupanku
Kecupan pertamaku sebatas menyentuh jejak

Jejak sunyi yang kemudian menjadi sangat panjang
Dalam ingatanku. Di sinilah akhirnya aku membuang diri
Menjadi layar bagi nelayan, menjadi jaring bagi pencari ikan
Menjadi petunjuk jalan bagi para pecinta yang kehilangan

Jungjunan, kurenungi waktu sambil memejamkan mata
Kuhayati kesementaraan dengan menyumbat kedua telinga
Terus berlari mengejar bayangan yang sebenarnya tidak ada

Jampang dan Sancang adalah satu dalam napas panjang waktu
Hulu dan muara adalah rangkaian niat, ucapan serta perilaku
Berabad-abad menunggu hingga rinduku semekar bunga batu.

2015

Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Batu Pacakop" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya yang menggambarkan tentang kehadiran dan kepergian seseorang, serta refleksi tentang kehidupan dan waktu yang berlalu. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan imaji alam dan simbolisme, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna mendalam di balik kata-kata yang disusun secara indah.

Tema Sentral

  • Perpisahan dan Jejak: Puisi ini memusatkan perhatian pada tema perpisahan. Kata-kata seperti "seseorang pergi ke selatan" dan "menghilang di balik ombak" menciptakan suasana kepergian yang melankolis. Jejak yang ditinggalkan oleh orang yang pergi menjadi pusat perhatian, yang kemudian menjadi bagian dari kenangan yang panjang dan sunyi.
  • Kehadiran dan Kehidupan Alam: Alam dan unsur alam seperti batu karang, angin, ombak, dan nelayan digambarkan dalam puisi ini. Mereka bukan hanya sebagai latar belakang, tetapi juga sebagai simbol kehidupan yang terus bergerak dan berubah seiring berjalannya waktu.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Imaji dan Simbolisme: Penggunaan imaji seperti "jejak sunyi", "layar bagi nelayan", dan "jaring bagi pencari ikan" menghadirkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang perasaan kehilangan dan perjalanan hidup. Batu karang dan alam menjadi metafora bagi keabadian dan ketahanan dalam menghadapi perubahan.
  • Ritme dan Bunyi: Puisi ini memiliki ritme yang alami dan mengalir seperti arus laut, menciptakan suasana yang tenang namun memikat. Penggunaan kata-kata yang terpilih dengan cermat juga menguatkan atmosfer puisi.

Interpretasi dan Makna

  • Refleksi atas Waktu: Penekanan pada "kesementaraan" dan "waktu yang berlalu" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keberadaan manusia dalam aliran waktu yang terus bergerak maju. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menghargai setiap momen dan kehadiran dalam hidup.
  • Simbolisme Keabadian dan Ketenangan: Batu karang yang menjadi pusat perhatian puisi ini bisa diinterpretasikan sebagai simbol keabadian dan ketenangan di tengah perubahan dan kehidupan yang sementara. Jejak dan kenangan yang ditinggalkan oleh orang yang pergi menciptakan gambaran tentang bagaimana masa lalu tetap hidup dalam ingatan dan pengalaman.
Puisi "Batu Pacakop" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah perenungan mendalam tentang perpisahan, kehadiran, dan keabadian. Dengan memanfaatkan imaji alam yang kuat dan bahasa yang mengalir, puisi ini berhasil menggambarkan kompleksitas emosi manusia dalam menghadapi perubahan dan perjalanan hidup. Melalui penelusuran makna di balik setiap barisnya, pembaca diajak untuk memahami bahwa setiap jejak dan kenangan dalam kehidupan memiliki arti yang mendalam dalam perjalanan menuju keabadian dan ketenangan yang diidamkan.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Batu Pacakop
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.