Puisi: Tanah Airku (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Tanah Airku" karya Dorothea Rosa Herliany mengungkapkan rasa kerinduan dan kecintaan yang mendalam terhadap tanah air, dengan menggunakan ...
Tanah Airku

Kurindukan kepompong, pertapaan sekian
abad menunjam tanah tak subur bagi taman
bunga bangkai, kurindukan daun, ulat-ulat
memangkasnya, kupu-kupu tak terbang karena tanggal
sayap-sayapnya, kurindukan kepompong.

Tanah airku lumpur dan bebatuan, padang
amat luas. Cakrawala dan alang-alang, tak ada
rumah buat ulat-ulat dan kupu-kupu, tapi selembar
hatiku masih basah, masih kuat aku mengalirkan dara.

Tanah airku lumpur dan bebatuan. Tanah airku
lumut-lumut dan selembar hati, bertapalah!

Analisis Puisi:

Puisi "Tanah Airku" karya Dorothea Rosa Herliany mengungkapkan rasa kerinduan dan kecintaan yang mendalam terhadap tanah air, dengan menggunakan bahasa metaforis untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Dalam puisi ini, Dorothea menyoroti ketidaksempurnaan tanah airnya, sambil menyampaikan keindahan dan kekuatan yang tetap ada di dalamnya.

Puisi "Tanah Airku" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kerinduan penulis terhadap tanah airnya, meskipun tanah tersebut tampaknya tidak subur dan keras. Dorothea menggunakan metafora alam untuk menyampaikan rasa cintanya yang mendalam, dan bagaimana ia melihat kekuatan dan keindahan dalam keadaan yang tampaknya tidak sempurna.

Eksplorasi Tema dan Simbolisme

  • Kepompong dan Metamorfosis: "Kurindukan kepompong, pertapaan sekian / abad menunjam tanah tak subur bagi taman" menunjukkan sebuah kerinduan terhadap transformasi dan pertumbuhan. Kepompong di sini melambangkan fase transisi yang penuh harapan, di mana sesuatu yang tampaknya tidak produktif atau tidak subur akan berkembang menjadi sesuatu yang indah. Ini mencerminkan keinginan untuk melihat perubahan positif dan perkembangan dalam tanah airnya yang tampaknya tidak berpotensi.
  • Kondisi Tanah Air: "Tanah airku lumpur dan bebatuan, padang / amat luas. Cakrawala dan alang-alang" menggambarkan kondisi tanah air yang keras dan tidak subur. Lumpur dan bebatuan melambangkan tantangan dan kesulitan, sedangkan alang-alang mencerminkan kekacauan atau ketidakaturan. Meskipun keadaan tanah air tampaknya buruk, ini juga menunjukkan ketahanan dan keabadian.
  • Hati dan Kekuatan Internal: "tapi selembar hatiku masih basah, masih kuat aku mengalirkan dara" menggambarkan harapan dan kekuatan yang tetap ada di dalam penulis, meskipun tanah airnya tampaknya keras dan tidak bersahabat. Hati yang basah melambangkan perasaan yang masih hidup dan bersemangat, sementara "mengalirkan dara" menunjukkan kemampuan untuk tetap memberikan energi dan kehidupan meski dalam keadaan yang sulit.

Makna dan Interpretasi

Puisi ini mengungkapkan rasa kerinduan dan cinta yang mendalam terhadap tanah air, meskipun tanah tersebut tampak keras dan tidak subur. Dorothea menggunakan metafora untuk menggambarkan ketidakpastian dan kesulitan, tetapi juga menunjukkan kekuatan dan keindahan yang dapat ditemukan di dalamnya. Ini adalah ungkapan cinta yang tidak tergoyahkan terhadap tempat asal, meskipun menghadapi tantangan dan ketidakmampuan untuk memenuhi ideal-ideal yang diinginkan.

Puisi "Tanah Airku" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah karya yang menyampaikan kerinduan dan cinta terhadap tanah air dengan menggunakan metafora alam untuk menggambarkan perasaan tersebut. Dorothea menunjukkan bahwa meskipun tanah airnya tampak keras dan tidak subur, ada kekuatan dan keindahan yang tetap ada di dalamnya. Puisi ini adalah refleksi tentang cinta dan kerinduan yang mendalam, serta ketahanan dan harapan dalam menghadapi kesulitan.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Tanah Airku
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.