Puisi: Risik Angin Kawasan Hutan Salatri (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Risik Angin Kawasan Hutan Salatri" karya Diah Hadaning menyuguhkan gambaran mendalam mengenai kehidupan pedesaan dan interaksi antara ...
Risik Angin Kawasan Hutan Salatri

Ketika ayun cangkul tiba-tiba berhenti
Pak Koko, apa kalian kerjakan hari ini
tanya pengembara dari kota.

'kenapa Tanya lagi kepada kami?
Menunggu warung di samping istri
ada lebih aman dari cacian
kau lihatlah, saudaraku orang kota
musim bahkan pejabat pada kami tak bersahabat
selain risik angin atas padang alang-alang
kawasan hutan Salatri'

Dan sesudah esok adakah rencanamu?
Pak Koko dan istrinya senyum lembut saling pandang
lalu katanya sambil menatap awang-awang.

'selamat siang, saudaraku orang kota
risik angin di padang sana mungkin
lebih sopan dalam cerita
yang pantas kau catat buat Jakarta'

Jakarta, 1980

Analisis Puisi:

Puisi "Risik Angin Kawasan Hutan Salatri" karya Diah Hadaning menyuguhkan gambaran mendalam mengenai kehidupan pedesaan dan interaksi antara pengembara kota dengan penduduk desa. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenungkan kontras antara kehidupan di kota dan desa serta bagaimana keduanya saling berinteraksi.

Pembukaan yang Menggugah

Puisi ini dimulai dengan situasi yang tampaknya sederhana namun kaya makna: "Ketika ayun cangkul tiba-tiba berhenti / Pak Koko, apa kalian kerjakan hari ini / tanya pengembara dari kota." Pembukaan ini menampilkan dialog antara seorang pengembara dari kota dan Pak Koko, seorang petani di desa. Pertanyaan dari pengembara tersebut mencerminkan ketertarikan atau mungkin keingintahuan terhadap rutinitas sehari-hari di desa.

Kontras Antara Kota dan Desa

"Kenapa Tanya lagi kepada kami? / Menunggu warung di samping istri / ada lebih aman dari cacian" menunjukkan kehidupan sederhana Pak Koko dan bagaimana ia merasa lebih nyaman menjalani rutinitas sehari-hari di samping istri dan di warung. Pernyataan ini menyoroti perbedaan antara kehidupan pedesaan yang tenang dengan kehidupan kota yang mungkin penuh tekanan dan kritik.

Ketidakbersahabatan Musim dan Pejabat

Pak Koko melanjutkan dengan menjelaskan bahwa "musim bahkan pejabat pada kami tak bersahabat / selain risik angin atas padang alang-alang / kawasan hutan Salatri." Kalimat ini mencerminkan kesulitan yang dihadapi oleh penduduk desa, baik dari alam maupun dari kebijakan pejabat yang mungkin tidak mendukung kehidupan mereka. "Risik angin" di sini menggambarkan ketidakpastian dan tantangan yang mereka hadapi di tengah kondisi alam yang keras.

Harapan dan Kontemplasi

"Dan sesudah esok adakah rencanamu?" adalah pertanyaan yang diajukan pengembara kota, menggambarkan rasa ingin tahunya tentang masa depan dan apakah ada rencana yang lebih baik atau perubahan yang diharapkan oleh Pak Koko dan penduduk desa.

Pak Koko dan istrinya memberikan jawaban yang penuh makna sambil tersenyum lembut: "Selamat siang, saudaraku orang kota / risik angin di padang sana mungkin / lebih sopan dalam cerita / yang pantas kau catat buat Jakarta." Jawaban ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pandangan yang lebih tenang dan penuh syukur terhadap kehidupan mereka, meskipun penuh tantangan. Mereka menganggap bahwa meskipun "risik angin" merupakan tantangan, itu adalah bagian dari kehidupan mereka yang patut dicatat dan dihargai dalam cerita.

Penutup dan Pesan Moral

Puisi ini berakhir dengan penekanan pada nilai-nilai kehidupan pedesaan dan bagaimana pengalamannya patut dicatat sebagai bagian dari cerita yang lebih besar. Pak Koko dan istrinya mengajak pengembara kota untuk menghargai dan memahami kehidupan desa dari sudut pandang yang berbeda. Mereka menunjukkan bahwa meskipun kehidupan mereka mungkin tidak mudah, ia memiliki nilai dan keindahan yang patut dihargai dan diceritakan.

Puisi "Risik Angin Kawasan Hutan Salatri" adalah puisi yang kaya akan refleksi sosial dan kontemplasi mengenai perbedaan antara kehidupan kota dan desa. Melalui dialog sederhana namun mendalam antara pengembara kota dan penduduk desa, Diah Hadaning menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dan menghargai kehidupan pedesaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk melihat lebih jauh dari permukaan dan memahami tantangan serta keindahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari di desa.

"Puisi: Risik Angin Kawasan Hutan Salatri (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Risik Angin Kawasan Hutan Salatri
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.