Puisi: Pada Matanya (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Pada Matanya" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya sastra yang singkat namun penuh dengan makna dan nuansa emosional. Dalam puisi ini, ....
Pada Matanya


Pada matanya
aku melihat kerlap-kerlip
cahaya lampu kota kecil
seperti bisikan
yang lembut memanggil.


2012

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Matanya" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya sastra yang singkat namun penuh dengan makna dan nuansa emosional. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran visual untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman subjektif.

Gambaran Visual: Puisi ini memulai dengan deskripsi "Pada matanya," yang menunjukkan bahwa puisi ini akan berkisar pada pengamatan atau pandangan melalui mata seseorang. Penyair kemudian menggunakan gambaran visual dengan menggambarkan kerlap-kerlip cahaya lampu kota kecil. Ini memberikan nuansa yang seolah-olah kita sedang melihat pemandangan malam yang indah dan menenangkan.

Metafora Bisikan: Penyair menggambarkan cahaya lampu kota kecil sebagai "bisikan yang lembut memanggil." Metafora ini memberikan nuansa romantis dan intim pada puisi. Lampu kota tidak hanya dijelaskan sebagai cahaya yang bersinar, tetapi juga sebagai sesuatu yang memiliki sifat manusia, yaitu memanggil dengan lembut dan memikat.

Nuansa Emosional: Meskipun puisi ini singkat, tetapi mengandung nuansa emosional yang kuat. Pilihan kata-kata seperti "bisikan," "lembut," dan "memanggil" menghadirkan perasaan kelembutan, keintiman, dan daya tarik. Puisi ini dapat dianggap sebagai potret perasaan penulis yang mungkin terinspirasi oleh pandangan malam yang indah.

Interpretasi Subjektif: "Pada Matanya" menekankan pengalaman subjektif penulis. Puisi ini tidak memberikan konteks atau latar belakang yang jelas, memungkinkan pembaca untuk memasuki dunia perasaan dan pengalaman penulis dengan imajinasi mereka sendiri. Ini menciptakan kedalaman interpretasi yang dapat bervariasi sesuai dengan persepsi pembaca.

Puisi "Pada Matanya" adalah sebuah puisi pendek yang menggunakan gambaran visual dan metafora untuk menggambarkan pengalaman perasaan penulis. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, puisi ini menghadirkan nuansa emosional yang kuat dan memungkinkan pembaca untuk memasuki dunia pandangan dan perasaan penulis.

"Puisi: Pada Matanya (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Pada Matanya
Karya: Joko Pinurbo

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Veteran Sehabis merumput di atas kepalaku, selalu ia tanyakan: "Mau dicukur rambut yang lain?" "Jangan," aku katakan, "nanti tak ada lagi ra…
  • Koran Pagi Koran pagi masih mengepul di atas meja. Wartawan itu belum juga menyantapnya. Ia masih tertidur di kursi setelah seharian digesa-gesa berita. Seperti biasa, untu…
  • Tukang Cukur Ia membabat padang rumput yang tumbuh subur di kepalaku. Ia membabat rasa damai yang merimbun sepanjang waktu. Di bekas hutan …
  • Elegi Maukah kau menemaniku makan? Makan dengan piring yang retak dan sendok yang patah. Makan, menghabiskan hatiku yang pecah. Itulah makan malam terakhirnya d…
  • Kenangan Suatu saat kau akan jadi kenangan bagi tukang cukurmu. Ia memangkas rambutmu dengan sangat hati-hati agar gunting cukurnya tidak melukai keluguanmu. Suatu saat k…
  • Laut Sekali-sekali telepon genggam perlu juga diajak piknik atau jalan-jalan. Ke pantai, misalnya. Supaya makin luas pandangannya. Makin lepas jangkauannya. Di pantai…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.