Puisi: Hujan dalam Komposisi (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Hujan dalam Komposisi" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pengalaman dan refleksi tentang hujan ....
Hujan dalam Komposisi (1)

"Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela? Apakah yang kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?"

Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang.

"Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur."

Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya.

Hujan dalam Komposisi (2)

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi.

Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan.

Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat tidur.

Hujan dalam Komposisi (3)

Dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan.

1969

Sumber: Mata Pisau (1974)

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan dalam Komposisi" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan perenungan dan refleksi tentang kehadiran hujan dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan perasaan manusia. Dalam puisi ini, penulis menggambarkan hujan sebagai sebuah komposisi, sesuatu yang membawa nuansa artistik dan misterius.

Keterhubungan dengan Alam: Di bagian pertama puisi, penulis merenungkan apa yang dirasakan oleh seseorang ketika hujan turun. Pengamatan ini memunculkan pemikiran tentang keterhubungan manusia dengan alam dan keindahan yang ada di sekitarnya. Penulis mengeksplorasi hubungan antara hujan, daun-daun basah, dan bau tanah, sebagai representasi dari interaksi alam dengan manusia.

Imajinasi dan Kenyataan: Bagian pertama puisi juga menyoroti kontras antara imajinasi dan kenyataan. Penulis merenungkan bahwa apa yang dirasakan seseorang dari hujan sebenarnya adalah imajinasi dari bayang-bayang diri sendiri yang memimpikan berbagai suara dan sapaan yang dihasilkan oleh hujan. Hal ini mencerminkan bahwa perasaan seseorang terhadap hujan bisa menjadi sebuah gambaran yang penuh dengan khayalan dan perasaan pribadi.

Makna Simbolik Hujan: Bagian kedua puisi menggambarkan perjalanan hujan dari langit hingga kembali ke bumi. Penulis mempertanyakan apa yang kita harapkan dari hujan dan menghadirkan gambaran bahwa hujan turun di berbagai tempat, dari pohon jambu, jalan yang panjang, hingga lautan. Makna simbolik hujan sebagai sesuatu yang universal dan menyejukkan hadir dalam puisi ini.

Penutup yang Singkat dan Penuh Makna: Bagian ketiga puisi mengakhiri dengan kalimat singkat, "Dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan." Kalimat ini memberikan kesan bahwa setelah refleksi tentang hujan, manusia kembali ke rutinitas sehari-hari dan kembali berpisah dari kehadiran hujan.

Puisi "Hujan dalam Komposisi" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pengalaman dan refleksi tentang hujan. Puisi ini menyajikan imajinasi dan perenungan tentang kehadiran hujan, sekaligus mengajak pembaca merenungkan tentang keterhubungan dengan alam dan makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, puisi ini berhasil menciptakan nuansa artistik yang menarik bagi pembaca.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Hujan dalam Komposisi
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.