Puisi: Di Hari Kematian Baradita Katoppo (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Di Hari Kematian Baradita Katoppo" karya Goenawan Mohamad menggambarkan refleksi mendalam tentang kematian, kepergian, dan kehadiran yang ...
Di Hari Kematian Baradita Katoppo

Di hari kematian Bardita Katoppo,
ketika lampu mulai dipadamkan,
sebaris kalimat lewat: "Tak ada yang kembali
dari benua itu."

"Tak ada yang kembali."
Hamlet, kita ingat,
mengatakan itu, seraya telunjuknya
ia rapatkan pada pintu.

Langit mengeriput. Antara kata dan katakomb,
ia lihat orang-orang berangkat,
dan seseorang mengirim pesan pendek,
"Aku tinggalkan waktu, Tuanku."

Itu bisa. Itu mungkin bisa.

Sebab di sini, dekat kau dan aku,
kematian selalu menjemput,
bersama asap

di sudut rumah menjelang sore,
dan kabur ke udara
ketika tetangga-tetangga
membakar sampah dan di corong radio

tak ada orang yang butuh berdoa.
Hanya sejumlah nada lurus
tapi berkabung.
Dan tak satu pun yang kembali.

Hamlet pun bertanya:
mana yang lebih sedih,
mana yang lebih sederhana:
menanggungkan ombak di gempa laut,

atau memangkas nasib
yang tak adil, atau menyeberangi selat
dan menghilang
ke dalam hijau ganggang?

Di jalan ke pengasingan itu Horatio diam,
meskipun wajahnya menua dan berkata,
Kita ada di sana selalu, Tuanku,
kita ada di sana selalu.

2014

Analisis Puisi:

Puisi "Di Hari Kematian Baradita Katoppo" karya Goenawan Mohamad menggambarkan refleksi mendalam tentang kematian, kepergian, dan kehadiran yang abadi. Melalui penggunaan simbol-simbol dan imaji yang kuat, Goenawan Mohamad menghadirkan suasana reflektif yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna hidup dan keberadaan.

Tema Utama

  • Kematian dan Kepergian: Puisi ini secara langsung berbicara tentang kematian, terutama dalam konteks kepergian Baradita Katoppo. Kata-kata "Tak ada yang kembali dari benua itu" menggambarkan kesadaran akan ketidakmungkinan untuk kembali dari perjalanan terakhir menuju kematian.
  • Refleksi tentang Hidup: Melalui dialog dengan Hamlet, puisi ini menyentuh tema refleksi tentang kehidupan dan kematian. Pernyataan Hamlet "Tak ada yang kembali" menambahkan lapisan ke dalam pemikiran tentang kematian sebagai suatu yang pasti dan tidak terhindarkan.
  • Kehadiran Kematian: Puisi ini mengeksplorasi kehadiran kematian dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat senja menjelang dan asap membubung di sudut rumah. Kematian tidak hanya sebagai peristiwa akhir, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan yang terus hadir di sekitar kita.

Gaya Bahasa dan Imaji

  • Simbolisme yang Kuat: Goenawan Mohamad menggunakan simbolisme langit yang mengeriput, asap, dan radio sebagai metafora untuk kehadiran kematian dalam kehidupan sehari-hari. Ini menciptakan suasana yang melankolis namun juga reflektif.
  • Dialog Interpersonal: Dialog antara Hamlet dan Horatio menambah dimensi emosional dan filosofis dalam puisi ini. Pertanyaan Hamlet tentang apa yang lebih menyedihkan atau sederhana dalam menghadapi kematian memberikan sudut pandang yang mendalam tentang makna hidup dan mati.

Emosi dan Nuansa

Puisi ini menciptakan nuansa kesedihan yang tenang dan kesunyian yang merenung, seiring dengan penggunaan nada yang hampir menghibur dalam pertanyaan Hamlet dan refleksi Horatio tentang keberadaan abadi.

Puisi "Di Hari Kematian Baradita Katoppo" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehadiran kematian dalam kehidupan manusia. Dengan gaya bahasa yang indah dan penuh simbolisme, puisi ini mengeksplorasi tema kepergian, refleksi hidup, dan keabadian dengan cara yang memikat dan mendalam. Ini bukan hanya sekadar penghormatan terhadap kepergian seseorang, tetapi juga sebuah pertanyaan filosofis tentang makna eksistensi manusia di dunia ini.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Di Hari Kematian Baradita Katoppo
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.