Analisis Puisi:
Puisi "Antara Rimba Beton dan Rel-Rel" karya Diah Hadaning adalah karya yang merenungkan hubungan manusia dengan lingkungannya, khususnya dalam konteks perkotaan modern. Puisi ini menggambarkan konflik antara keinginan untuk menjaga kebenaran dan alam, serta dampak dari peradaban kota yang terus berkembang.
Konflik Antara Kebenaran dan Kesalahan: Puisi ini memulai dengan menyatakan bahwa orang-orang yang selalu memikirkan kebenaran cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan, sementara mereka merasa bahwa mereka adalah pemilik kebenaran. Ini menciptakan gambaran konflik antara pandangan individu tentang kebenaran dan kesalahan.
Rimba Beton dan Alam: Judul puisi menciptakan perbandingan antara "rimba beton" yang merujuk pada kota modern dan "rel-rel" yang mungkin melambangkan alam dan keadaan yang lebih alami. Puisi ini menciptakan kontras antara lingkungan perkotaan dan alam.
Penolakan Terhadap Teknologi dan Peradaban: Penyair dalam puisi ini mengungkapkan penolakan terhadap peradaban dan teknologi modern dengan menggambarkan dirinya sebagai "anak rimba beton." Penyair ingin menjaga alam dan mempertahankan aspek alami dalam kehidupan manusia.
Keinginan untuk Mengubah: Penyair menyatakan keinginan untuk "mengubah warna langit, laut, dan cakrawala" jika media, mimbar, dan berbagai perangkat komunikasi tidak lagi bisa berbicara. Ini menggambarkan hasrat untuk menciptakan perubahan positif dalam dunia yang semakin terpengaruh oleh teknologi.
Rasa Rindu akan Keaslian: Penyair merasa rindu akan perbaikan yang tidak hanya terjadi melalui teknologi dan perkembangan industri, tetapi juga melalui keaslian dan pengorbanan manusia. Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia akan kehidupan yang lebih sederhana dan berdampingan dengan alam.
Konflik Batin dan Pertarungan: Penyair menggambarkan konflik dalam dirinya, di mana ia merasa seperti sebuah kereta yang melaju kencang melalui perkotaan yang modern dan penuh dengan teknologi. Meskipun meninggalkan rel-rel yang melambangkan alam, ia selalu kembali ke kota yang terbakar dengan stasiun yang dipenuhi oleh masyarakat yang serba beringas.
Puisi "Antara Rimba Beton dan Rel-Rel" adalah suatu ungkapan tentang konflik dan pertarungan batin antara keinginan untuk menjaga keaslian dan alam dengan daya tarik perkotaan modern yang serba teknologi. Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia akan hubungan manusia dengan alam dan pertanyaan tentang apakah peradaban modern selalu menguntungkan atau mengancam keberlanjutan lingkungan alam.

Puisi: Antara Rimba Beton dan Rel-Rel
Karya: Diah Hadaning