Puisi: Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang" menyajikan gambaran tentang ketidakpedulian, ketidakadilan ekonomi, dan frustrasi sosial melalui simbol ...
Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang

Ketika ikan-ikan pari dihela
di lantai basah pasar lelang
orang-orang ikan tak pernah hirau
udara busuk rasuki peparu
dan prosentase pembagian sama busuk
seseorang ingin bicara kali pertama
orang-orang ikan perlu masker
orang-orang ikan perlu sarung tangan
orang-orang ikan perlu sepatu pengaman.

Ikan-ikan pari dihela setiap hari
basu menyengat semakin padat
nasib-nasib ditimbang tanpa saran
karena angka telah ditetapkan
5 orang 1 kelompok 20% - titik
sang juragan 80% - koma
di rumah para istri bersungut
pada para lelakinya
banyak ikan pari hari ini
dapatnya empan hanya begini
ini kutukan dewa laut barangkali
tiap hari prajuritnya ditangkapi
bagaimana jika nanti laut sepi hari mati.

Jakarta, Desember 1991

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang" karya Diah Hadaning merupakan sebuah karya sastra yang mendalam dan kritis, menggambarkan realitas keras dalam dunia perdagangan ikan dan dampaknya terhadap para pelaku industri. Puisi ini menggunakan ikan pari sebagai simbol untuk mengeksplorasi ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi yang melanda masyarakat.

Gambaran dan Latar Belakang

Puisi ini dimulai dengan "Ketika ikan-ikan pari dihela / di lantai basah pasar lelang," yang menggambarkan suasana pasar ikan yang kotor dan tidak higienis. Pemandangan ikan-ikan yang tergeletak di lantai basah pasar menciptakan gambar yang kuat tentang kondisi pasar yang buruk dan tidak terawat. Konteks ini membangun latar belakang yang suram dan kritis terhadap situasi perdagangan ikan.

Kontras Sosial dan Ketidakpedulian

Diah Hadaning menggambarkan ketidakpedulian orang-orang terhadap kondisi pasar dan ikan yang dijual. "Orang-orang ikan tak pernah hirau / udara busuk rasuki peparu" menunjukkan bagaimana orang-orang yang terlibat dalam perdagangan ikan mengabaikan keadaan lingkungan yang buruk dan dampaknya terhadap kesehatan mereka. Penggunaan kata-kata seperti "busuk" dan "prosentase pembagian sama busuk" menggarisbawahi betapa buruknya keadaan yang dihadapi oleh para pelaku industri.

Sistem Ekonomi dan Ketimpangan

Puisi ini juga mengeksplorasi sistem ekonomi yang tidak adil dalam perdagangan ikan. "5 orang 1 kelompok 20% - titik / sang juragan 80% - koma" menggambarkan ketimpangan dalam pembagian keuntungan. Sementara kelompok pekerja hanya mendapatkan 20% dari keuntungan, sang juragan atau pemilik pasar mendapatkan 80%. Ini menekankan ketidakadilan dalam sistem ekonomi yang merugikan pekerja dan memusatkan keuntungan pada segelintir orang.

Dampak pada Kehidupan Keluarga dan Lingkungan

Puisi ini tidak hanya fokus pada ketidakadilan ekonomi tetapi juga dampaknya pada kehidupan pribadi dan lingkungan. "Di rumah para istri bersungut / pada para lelakinya / banyak ikan pari hari ini / dapatnya empan hanya begini" menunjukkan frustrasi keluarga pekerja yang merasa tidak puas dengan penghasilan yang diterima. Ini mencerminkan beban emosional dan ketidakpuasan yang dirasakan oleh keluarga pekerja ikan.

Puisi "Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang" adalah sebuah puisi yang secara kuat dan kritis menggambarkan kondisi perdagangan ikan yang buruk dan dampaknya terhadap masyarakat. Diah Hadaning dengan cermat menyajikan gambaran tentang ketidakpedulian, ketidakadilan ekonomi, dan frustrasi sosial melalui simbol ikan pari dan suasana pasar ikan. Puisi ini tidak hanya menyajikan kritik terhadap sistem perdagangan tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan dampak sosial dan ekonomi dari ketimpangan yang terjadi dalam industri. Melalui puisi ini, Diah Hadaning berhasil mengangkat isu penting tentang keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat yang patut mendapatkan perhatian lebih.

"Puisi: Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Sajak Ikan Pari dan Orang-Orang
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.