Analisis Puisi:
Puisi "Ruwat Tangis Anak Negeri" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang mendalam dan simbolis, menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seorang individu dalam konteks sosial dan kosmik. Dengan struktur puisi yang terpisah menjadi dua bagian, Diah Hadaning mengeksplorasi tema doa, penderitaan, dan pencarian makna hidup melalui bahasa yang kaya dan menggugah.
Ruwat Tangis Anak Negeri (1)
Bagian pertama puisi ini membuka dengan pengantar tentang perjalanan yang penuh dengan tantangan dan doa:
"Doa telah dilantunkan / tembang wingit mengantarkan / anak manusia awali langkah pengembaraan"
Di sini, penulis memulai dengan menyebutkan doa dan tembang wingit (lagu-lagu mistis) sebagai bagian dari awal perjalanan hidup. Ini menunjukkan bahwa setiap langkah dalam kehidupan dimulai dengan aspek spiritual dan budaya yang mendalam.
"mencari yang harus dicari / menghitung yang harus dihitung / melangkah karena harus melangkah / mengusung karena harus mengusung"
Bagian ini menggambarkan rutinitas dan kewajiban dalam hidup, di mana individu harus terus melangkah dan mengusung beban, terlepas dari seberapa berat atau ringan beban tersebut. Ini mencerminkan pemahaman bahwa kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan tanggung jawab dan perjuangan.
"Inilah perjalanan luka / inilah perjalanan doa / luka dan doa anak manusia"
Penulis menekankan bahwa perjalanan hidup tidak hanya tentang pencarian dan kewajiban, tetapi juga tentang luka dan doa. Konsep "merah hitam" melambangkan dualitas penderitaan dan harapan yang ada dalam perjalanan hidup manusia.
"Utara Selatan Barat dan Timur / Arah pencarian sepanjang umur"
Bagian ini menunjukkan pencarian yang luas dan tak berujung sepanjang hidup, melibatkan berbagai arah dan tantangan. Penulis mencatat berbagai peristiwa yang terjadi sepanjang perjalanan hidup, termasuk "terengah dan tersandung" serta "dibantai dan ditelikung," yang menambah kesan perjuangan dan kesulitan.
Ruwat Tangis Anak Negeri (2)
Bagian kedua puisi ini melanjutkan dengan aspek spiritual yang lebih dalam dan refleksi terhadap pengalaman hidup:
"Matahari bersinarlah di lengkung dahi / langit wingit berkidunglah di cakrawala hati"
Di sini, penulis menggambarkan bagaimana matahari dan langit wingit berperan dalam kehidupan jiwa. Matahari dan langit wingit mewakili cahaya dan keheningan, masing-masing berkontribusi pada proses spiritual dan emosional.
"anak manusia menangis dalam jiwa / namun tak mengenal kata menyerah"
Penulis menunjukkan bahwa meskipun individu mengalami tangisan dan kesedihan di dalam jiwa, mereka tetap tidak menyerah. Ini menggambarkan ketahanan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup.
"semesta dalam dekapan / menjadi tawa dan tangis / menyatu sudah dalam diri / jiwa dan raga pun teruwat"
Bagian ini menyiratkan bahwa segala pengalaman, baik tawa maupun tangis, menjadi bagian dari diri individu. Proses "teruwat" (penyucian atau pembersihan) menunjukkan bahwa individu menyambut semua pengalaman sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka.
"Agung agung sarinya agung / yang agung meruang dan meraung / Ho - no - co - ro - ko!"
Penulis menggunakan frasa ini untuk menekankan besarnya kekuatan dan keagungan yang mengelilingi individu. "Ho - no - co - ro - ko!" adalah frasa yang mungkin merujuk pada mantra atau afirmasi spiritual, menambah dimensi mistis pada puisi.
"Lahir batin tlah tersaksi / segala ontran-ontran dan 'goro-goro' / segala siksaan dan 'ngresulo' / pecah ambyar pecah ambyar"
Penutup ini menggambarkan pengetahuan dan pengalaman spiritual yang telah tercapai. "Ontran-ontran," "goro-goro," dan "ngresulo" adalah istilah yang menggambarkan berbagai bentuk kesulitan dan siksaan, di mana "pecah ambyar" menandakan kerusakan atau transformasi besar yang telah terjadi.
"mentari redup mentari bersinar."
Akhir puisi menekankan perubahan dalam kondisi atau perspektif, dengan mentari yang kadang redup dan kadang bersinar, melambangkan fluktuasi dalam kehidupan dan pengalaman.
Puisi "Ruwat Tangis Anak Negeri" karya Diah Hadaning adalah karya yang menggabungkan elemen spiritual, budaya, dan emosional untuk menggambarkan perjalanan hidup manusia. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan simbolis, penulis mengeksplorasi tema doa, penderitaan, dan pencarian makna dalam hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana setiap pengalaman—baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan—adalah bagian dari perjalanan spiritual dan emosional yang lebih besar.
Puisi: Ruwat Tangis Anak Negeri
Karya: Diah Hadaning