Puisi: Menunggu Angin (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Menunggu Angin" karya Diah Hadaning menggambarkan seorang individu yang berada di bawah pohon waru, menunggu angin yang akan membawa ....
Menunggu Angin

Aku masih di bawah pohon waru
menunggu angin gugurkan kelopak bunga
berdialog sunyi dengan cuaca simpan cahaya
berdialog sunyi dengan jiwamu simpan bebatu
berdialog sunyi dengan samudra simpan rajah kala
aku masih di bawah pohon waru
menunggu angin kabarkan berita baru
tentang petinggi yang tak lupa janji
tentang kemurahan bagi setiap orang anak wayang
matahari mulai menghitam di tabir uap darah anyir
sepanjang pesisir, darah para martir
aku masih menunggu angin 
aku masih menunggu angin.

Juli, 2002

Analisis Puisi:

Puisi "Menunggu Angin" karya Diah Hadaning adalah karya yang penuh dengan keindahan alam dan ketidakpastian manusia. Puisi ini menggambarkan seorang individu yang berada di bawah pohon waru, menunggu angin yang akan membawa perubahan dan harapan baru.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah harapan, ketidakpastian, dan hubungan manusia dengan alam. Puisi ini menggambarkan perasaan individu yang menunggu kehadiran angin sebagai simbol perubahan dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Gaya Bahasa

Diah Hadaning menggunakan berbagai perangkat sastra untuk memperkuat pesan dalam puisinya:

Simbolisme Angin:
  • "Menunggu angin gugurkan kelopak bunga": Angin dalam puisi ini merupakan simbol perubahan dan harapan. Menunggu angin menggugurkan kelopak bunga menggambarkan proses alami di mana angin membawa perubahan dan kemungkinan baru.
  • "Menunggu angin kabarkan berita baru": Angin juga digambarkan sebagai pembawa berita, yang mengindikasikan harapan akan kabar baik atau perubahan yang positif.
Diksi Emotif:
  • Kata-kata seperti "sunyi," "simpan cahaya," "simpan bebatu," dan "simpan rajah kala" menciptakan suasana yang tenang, introspektif, dan misterius.
  • Penggunaan kata-kata ini memberikan kesan pada pembaca bahwa saat menunggu angin, individu tersebut sedang dalam refleksi mendalam tentang kehidupan dan harapannya.
Imaji (Citraan):
  • Citraan alam seperti "pohon waru," "matahari mulai menghitam," dan "tabir uap darah anyir" menciptakan gambaran yang kuat tentang lingkungan di sekitar individu tersebut.
  • Citraan darah para martir di pesisir menambahkan lapisan makna tentang perjuangan dan pengorbanan.

Makna

Puisi ini mengandung makna yang mendalam tentang harapan, ketidakpastian, dan hubungan manusia dengan alam:
  1. Harapan dan Ketidakpastian: Puisi ini menggambarkan perasaan individu yang penuh harapan namun juga penuh ketidakpastian. Menunggu angin menjadi simbol bagi harapan akan perubahan dan kabar baik, namun juga menunjukkan ketidakpastian akan masa depan yang belum terungkap.
  2. Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menunjukkan hubungan yang erat antara manusia dan alam. Individu yang menunggu angin di bawah pohon waru mencerminkan keterhubungan manusia dengan lingkungan alamnya, dan bagaimana alam menjadi bagian dari perasaan dan harapannya.
  3. Refleksi dan Introspeksi: Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan arti harapan dan kehidupan. Saat individu tersebut berdialog sunyi dengan alam, jiwanya, dan samudra, puisi ini menunjukkan pentingnya refleksi dan introspeksi dalam mencari makna hidup.
Puisi "Menunggu Angin" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme alam dan makna mendalam tentang harapan, ketidakpastian, dan hubungan manusia dengan alam. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan citraan alam yang kuat, puisi ini menggambarkan perasaan individu yang menunggu perubahan dan harapan baru dalam hidupnya. Diah Hadaning dengan cermat menyusun kata-kata untuk menciptakan suasana yang penuh dengan refleksi dan introspeksi tentang kehidupan dan alam.

"Puisi: Menunggu Angin (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Menunggu Angin
Karya: Diah Hadaning

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.