Puisi: Melamar Widya (Karya Acep Syahril)

Puisi "Melamar Widya" karya Acep Syahril mengekspresikan perasaan cinta dan harapan untuk masa depan sambil menyiratkan kritik sosial terhadap ...
Melamar Widya
Disaksikan Beno Siang Pamungkas

Wid pukul 7.30 pagi ini aku datang melamarmu
jangan tukar pakaianmu yang lembab itu
karena itulah simbol perempuan yang kuinginkan
mengerti sumur dapur kasur dan meja kerja tapi nanti
kau tak perlu kerja keras untuk itu karena kita
akan membantu orang lain di sini meringankan
pekerjaanmu dan kita akan berbagi rasa dengannya.

Tapi sayang semua itu hanya keinginanku karena
kau masih butuh waktu dua tahun untuk memikirkannya
sementara aku butuh senyummu setiap saat untuk
mengimbangi kekerasan negara yang dikemudikan
diktator dan kau tak perlu menunggu ibumu untuk
menjawab ketulusanku jawablah sendiri biar aku lega
pergi dengan puisi seperti ini lagi pula Beno siang
cukup mengerti kau tak perlu malu atau merasa
bersalah kalau kau menolak atau tak suka
karena aku sudah terbiasa ditolak untuk membacakan
puisi karena mereka bilang kata-kata dalam puisiku
buruk dan mereka tak tau kalau itu cermin dari
perilaku buruk mereka mencuri memperkosa dan
menindas hak rakyat sekarang kembalilah
teruskan cucianmu.
Widya.

Semarang

Analisis Puisi:

Puisi "Melamar Widya" karya Acep Syahril adalah karya yang mengekspresikan perasaan cinta dan harapan untuk masa depan sambil menyiratkan kritik sosial terhadap keadaan yang sedang terjadi. Melalui puisi ini, Syahril menggabungkan elemen romantis dengan komentar tajam tentang ketidakadilan sosial.

Tema Utama

  • Cinta dan Komitmen: Tema utama puisi ini adalah cinta dan komitmen yang dinyatakan dalam bentuk lamaran kepada Widya. Penulis menunjukkan ketulusan dan keinginan untuk membangun kehidupan bersama, meskipun ada kesadaran akan berbagai tantangan dan keterbatasan.
  • Kritik Sosial: Selain cinta, puisi ini juga mengandung kritik sosial terhadap kondisi politik dan sosial yang dianggap tidak adil. Penulis menyampaikan ketidakpuasan terhadap kekuasaan yang diktatoris dan bagaimana hal tersebut berdampak pada kehidupan masyarakat.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Bahasa yang Langsung dan Personal: Syahril menggunakan bahasa yang langsung dan personal dalam puisi ini, menciptakan kesan intim dan mendalam. Frasa seperti "jangan tukar pakaianmu yang lembab itu" dan "kau tak perlu menunggu ibumu untuk menjawab ketulusanku" memberikan kesan keakraban dan keterbukaan dalam menyampaikan perasaan.
  • Struktur yang Tidak Formal: Struktur puisi ini tidak mengikuti pola yang formal, mencerminkan sifat spontan dan natural dari perasaan yang diungkapkan. Gaya ini memungkinkan penulis untuk menyampaikan pesan secara bebas dan jujur, tanpa terikat pada aturan-aturan tradisional puisi.

Makna dan Interpretasi

  • Keinginan untuk Bersama: Puisi ini mengungkapkan keinginan penulis untuk membangun kehidupan bersama dengan Widya. Dengan menyebutkan berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti "sumur dapur kasur dan meja kerja," penulis menunjukkan pemahaman dan kesiapan untuk berbagi tanggung jawab dalam hubungan mereka.
  • Kritik terhadap Kekuasaan: Penulis juga menyiratkan kritik terhadap kekuasaan yang dianggap menindas. Pernyataan seperti "kekerasan negara yang dikemudikan diktator" menunjukkan ketidakpuasan terhadap kondisi politik dan sosial yang ada. Kritik ini menambah dimensi pada puisi, membuatnya tidak hanya tentang cinta pribadi tetapi juga tentang kesadaran sosial dan politik.
  • Keterbukaan dan Kerendahan Hati: Penulis mengungkapkan keterbukaan dan kerendahan hati dengan menerima kemungkinan penolakan. Pernyataan seperti "kau tak perlu malu atau merasa bersalah kalau kau menolak atau tak suka" mencerminkan sikap realistis dan menerima hasil apa pun dari lamaran tersebut.
Puisi "Melamar Widya" karya Acep Syahril adalah karya yang menggabungkan perasaan cinta dengan komentar sosial yang tajam. Dengan bahasa yang langsung dan personal, serta struktur yang tidak formal, puisi ini menyampaikan pesan tentang komitmen dalam hubungan serta kritik terhadap kekuasaan dan ketidakadilan sosial. Melalui puisi ini, penulis mengungkapkan keinginannya untuk membangun kehidupan bersama sambil tetap mempertahankan kesadaran akan masalah-masalah sosial yang ada. Karya ini menggambarkan kompleksitas perasaan manusia dan keterhubungan antara cinta pribadi dan kesadaran sosial.

Puisi: Melamar Widya
Puisi: Melamar Widya
Karya: Acep Syahril
© Sepenuhnya. All rights reserved.