Puisi: Datanglah, ya Allah (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Datanglah, ya Allah" karya W.S. Rendra bukan hanya sekadar puisi tentang pencarian Tuhan, tetapi juga merupakan ungkapan dari kehendak ...
Datanglah, ya Allah

Aku datang kepada-Mu, ya Allah
dengan tangan terentang dan muka ke tanah.
Aku datang kepada-Mu, ya Allah
bila habis segala daya
dan jiwa terpesona.
Datanglah pula Kau padaku, ya Allah!
Datanglah Kau padaku, wahai,
Tanya Dari Segala Tanya!
Lihatlah tanganku yang terpesona.
Lihatlah jantungku yang berdebar dengan gemas.
Wahai, berdaginglah Engkau
maka tanganku akan meremas-Mu.
Adakah mata-Mu mentari atau bulan?
Adakah Kau dendam atau Pengampunan?
Adakah Kau pembalasan atau Ciuman?
Menataplah Kau padaku, ya Allah!
Lihatlah kerinduanku untuk mengerti
gemetar kakiku menahan guyah
dan keakraban bagiku
adalah damba dari segala damba.

Allah! Allah! Allah!
Engkaulah kijang emas
menyelinap antara pohonan di hutan.
Engkaulah keindahan dan kegesitan.
Lihatlah, jantungku berdebar dengan gemas.
Engkaulah bulan di balik cemara,
burung penyanyi di dalam belukar,
dan putri Cina yang jelita
bersembunyi di balik kipasnya.
Lihatlah, kerinduanku, ya Allah.

Kerinduan, kegemasan, damba dan pesona.
Ungkaplah diri-Mu padaku, wahai,
Tanya Dari Segala Tanya.
Sedemikian agung dan besar-Mu
sehingga tetap menjadi tanya.

Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Datanglah, ya Allah" karya W.S. Rendra adalah ungkapan spiritualitas dan pencarian makna yang mendalam. Dalam puisi ini, Rendra mengekspresikan kerinduannya akan kehadiran Tuhan dalam bentuk yang penuh keintiman dan keinginan untuk memahami-Nya lebih dalam.

Permohonan kepada Tuhan: Puisi ini dimulai dengan ungkapan permohonan kepada Allah. Pembicara dalam puisi merendahkan diri dengan tangan terentang dan muka ke tanah, menunjukkan sikap kerendahan hati dan pengabdian yang mendalam. Permohonan ini mencerminkan keinginan manusia untuk menyatu dengan Yang Maha Kuasa dan mencari jalan menuju-Nya dalam kepasrahan total.

Dialog dengan Tuhan: Puisi ini juga menggambarkan sebuah dialog batin antara pembicara dengan Tuhan. Pembicara merindukan kehadiran Allah dalam kehidupannya, mempertanyakan sifat-Nya, dan memohon agar Allah menyatakan diri-Nya dengan jelas. Dialog ini mencerminkan kerinduan manusia akan kehadiran Ilahi dan keinginan untuk memahami kehendak-Nya.

Simbolisme dan Metafora: Rendra menggunakan berbagai simbol dan metafora untuk menggambarkan kebesaran dan keagungan Allah. Allah digambarkan sebagai "kijang emas" yang menyelinap di antara pohonan hutan, bulan di balik cemara, dan burung penyanyi di dalam belukar. Metafora ini menciptakan citra yang indah dan memperkuat rasa keterpesonaan dan kekaguman pembicara terhadap kehadiran-Nya.

Ketidakpastian dan Kerinduan: Meskipun mencari kehadiran Allah, pembicara juga menyadari bahwa kebesaran-Nya tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan. Ungkapan "Sedemikian agung dan besar-Mu sehingga tetap menjadi tanya" menunjukkan bahwa walaupun manusia mencari, Allah tetap menjadi misteri yang tak terjangkau oleh akal manusia.

Perenungan Spiritual: Puisi ini merupakan perenungan spiritual yang mendalam tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan betapa keberadaan Tuhan merupakan sumber kehidupan dan kebijaksanaan yang tak tergantikan.

Dengan demikian, puisi "Datanglah, ya Allah" karya W.S. Rendra bukan hanya sekadar puisi tentang pencarian Tuhan, tetapi juga merupakan ungkapan dari kehendak manusia untuk menyatu dengan Yang Ilahi dan memahami makna yang lebih dalam dalam kehidupan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Datanglah, ya Allah
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Tangis Ke mana larinya anak tercinta yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang! Paman Doblang! Ia lari membawa dosa tangannya dilumari cemar noda tangisnya menyus…
  • Pertemuan di Pinggir Kali Bulan di air kali, berdekapan kami di tebing rumputan mengurai jumlah rindu yang didukung wajahnya mengibas kesepian hangat darah yang bergayut di mat…
  • Ciliwung Ciliwung kurengkuh dalam nyanyi kerna punya coklat kali Solo. Mama yang bermukim dalam cinta dan berulang kusebut dalam sajak wajahnya tipis terapung dal…
  • Di Bawah Bulan Ketika sebuah suara memanggil namanya ia hentikan langkahnya. Rumpun pohonan remang-remang mahkota cahaya di pucuk daunnya. Ia tak lihat orangnya t…
  • Remang-Remang Di jalan remang-remang ada bayangan remang-remang aku bimbang apa kabut apa orang. Di langit remang-remang ada satu mata kelabu aku bimbang apa cinta apa den…
  • Lagu Malam Burung malam lepas dua-dua membendung anak kali dari langit. Jatuhlah merjan-merjan mimpi. Digetarkan bulu-bulu tubuhnya dan bersebaran kutu-kutu perak.…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.