Analisis Puisi:
Puisi "Ballada Ibu yang Dibunuh" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang menyentuh tema kehidupan, kekerasan, dan pengorbanan. Melalui gambaran seekor musang dan anak-anaknya, penyair menggambarkan kejamnya kenyataan hidup di alam liar dan bagaimana peristiwa tragis yang terjadi dalam dunia binatang juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat manusia.
Gambaran Alami yang Menyentuh: Puisi ini dimulai dengan gambaran ibu musang yang melindungi bayi-bayinya di bawah pohon tua. Meskipun dalam konteks alam liar, gambaran ini menggambarkan naluri dan kelembutan seorang ibu yang melindungi anak-anaknya. Ini adalah ilustrasi universal tentang kasih sayang ibu.
Datangnya Maut: Penyair menggunakan gambaran bulan sabit untuk mengindikasikan datangnya waktu makan bayi-bayi musang. Bulan sabit juga dapat dipandang sebagai simbol kematian dan perubahan. Puisi ini secara halus merujuk pada siklus kehidupan dan kematian yang ada dalam alam.
Permainan Bunyi dan Rasa: Puisi ini menggunakan permainan bunyi dan ritme dalam penggunaan kata-kata seperti "matanya berkata pamitan," yang memberikan nuansa dalam menjalani peristiwa tragis. Penggunaan bunyi-bunyi seperti "nyanyi kolik" dan "lengking pekik" juga menciptakan suara alam yang menggambarkan perasaan dan suasana.
Perumpamaan Kehidupan Manusia: Meskipun puisi ini menggunakan gambaran binatang, tema dan pesannya berlaku juga dalam konteks manusia. Puisi ini merangkum pengorbanan, ketidakadilan, dan kejahatan dalam masyarakat manusia. Musang yang dibunuh dan anak-anaknya mencerminkan kekerasan dan tragedi yang bisa terjadi di dunia manusia.
Kritik Terhadap Kekerasan dan Ketidakadilan: Puisi ini menyiratkan ketidakadilan dan kekerasan yang berlaku di masyarakat manusia. Pemilihan kata-kata seperti "matilah anak-anak musang, mati dua-duanya" menciptakan efek emosional yang kuat. Ini bisa diartikan sebagai kritik penyair terhadap ketidakadilan dan kebrutalan dalam masyarakat.
Pesan Tentang Kehidupan dan Keberpihakan: Puisi ini tidak hanya bercerita tentang kehidupan alam, tetapi juga mengandung pesan moral yang lebih dalam. Penyair mungkin ingin mengingatkan pembaca tentang keberpihakan yang perlu dilakukan terhadap mereka yang lemah dan tindakan untuk mencegah ketidakadilan.
Karya: W.S. Rendra
Biodata W.S. Rendra:
- W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
- W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.