Puisi: Langkah-Langkah Menulis Puisi (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Langkah-Langkah Menulis Puisi" karya Joko Pinurbo menggambarkan proses menulis yang melibatkan persiapan, keseriusan, ketenangan, dan ...
Langkah-Langkah Menulis Puisi

Langkah pertama:
Duduklah.

Langkah kedua:
Duduklah dengan tenang.

Langkah ketiga:
Duduklah dengan tenang di atas batu.

Langkah keempat:
Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak akan menjadi batu nisanmu.

Langkah kelima:
Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak akan menjadi batu nisanmu sambil membaca.

Langkah keenam:
Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak akan menjadi batu nisanmu sambil membaca Pramoedya Ananta Toer: “Hidup sungguh sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya.”

Langkah ketujuh dan seterusnya:
Abrakadabra.

2017

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Langkah-Langkah Menulis Puisi" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya sastra yang sangat singkat namun mengandung banyak makna dan refleksi. Dalam puisi ini, penulis menggambarkan serangkaian langkah atau tahapan yang harus diikuti untuk menulis puisi. Namun, puisi ini juga memiliki unsur-unsur metafora yang mengarah pada pemikiran yang lebih mendalam.

Langkah pertama: Duduklah.

Pada langkah pertama, penulis menginstruksikan pembaca untuk duduk. Tampaknya ini adalah langkah awal yang sederhana, yang mirip dengan tahap awal dalam menulis sesuatu. Duduk di sini bisa diartikan sebagai persiapan dan keseriusan seorang penulis sebelum mulai menuangkan kata-kata ke dalam puisi.

Langkah kedua: Duduklah dengan tenang.

Langkah kedua menekankan pentingnya ketenangan dan konsentrasi. Penulis ingin pembaca untuk duduk dengan pikiran yang tenang, mungkin untuk mengurangi gangguan dan kekacauan yang bisa menghambat proses menulis.

Langkah ketiga: Duduklah dengan tenang di atas batu.

Dalam langkah ketiga, elemen batu diperkenalkan. Batu dalam konteks puisi ini bisa diartikan sebagai dasar atau fondasi dari tulisan. Penulis mengajak pembaca untuk memiliki dasar yang kokoh sebelum melanjutkan.

Langkah keempat: Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak akan menjadi batu nisanmu.

Langkah keempat menambah dimensi kematian dan keabadian ke dalam puisi. Batu yang digunakan sebagai tempat duduk kemudian menjadi batu nisan, menciptakan pemikiran tentang kehidupan yang sementara dan tak terhindarkannya kematian.

Langkah kelima: Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak akan menjadi batu nisanmu sambil membaca.

Langkah kelima mengaitkan proses menulis dengan membaca. Pembaca diajak untuk merenung dan memahami tulisan mereka sambil membaca. Membaca dapat menjadi sumber inspirasi dan pengaruh dalam menulis puisi.

Langkah keenam: Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak akan menjadi batu nisanmu sambil membaca Pramoedya Ananta Toer: “Hidup sungguh sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya.”

Pada langkah keenam, penulis menambahkan dimensi lebih dalam ke dalam proses menulis dengan mengutip Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis ternama. Kutipan ini menciptakan pemikiran tentang kesederhanaan kehidupan dan bahwa kebesaran seringkali ada dalam penafsiran dan pemahaman.

Langkah ketujuh dan seterusnya: Abrakadabra.

Pada langkah selanjutnya, penulis mengakhiri instruksi dengan kata "Abrakadabra," yang sering digunakan dalam sihir dan pertunjukan sulap. Dalam konteks puisi ini, kata ini mungkin digunakan untuk menggambarkan bahwa proses kreatif dan magis dalam menulis puisi tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata atau instruksi yang sederhana. Ini juga bisa menggambarkan bahwa penulisan puisi adalah proses yang misterius dan sulit dipahami.

Secara keseluruhan, puisi "Langkah-Langkah Menulis Puisi" karya Joko Pinurbo menggambarkan proses menulis sebagai langkah-langkah yang melibatkan persiapan, keseriusan, ketenangan, dan pemikiran mendalam. Puisi ini juga menggambarkan keterkaitan antara kehidupan, kematian, dan kreativitas.

Langkah-Langkah Menulis Puisi (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Langkah-Langkah Menulis Puisi
Karya: Joko Pinurbo

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kemacetan Tercinta Sudah jam sembilan malam dan jalan menuju rumahnya masih macet. Ia bunyikan klakson mobilnya berkali-kali hanya agar sepi tak cepat mati. Malam adalah …
  • Laut Sekali-sekali telepon genggam perlu juga diajak piknik atau jalan-jalan. Ke pantai, misalnya. Supaya makin luas pandangannya. Makin lepas jangkauannya. Di pantai…
  • Veteran Sehabis merumput di atas kepalaku, selalu ia tanyakan: "Mau dicukur rambut yang lain?" "Jangan," aku katakan, "nanti tak ada lagi ra…
  • Elegi Maukah kau menemaniku makan? Makan dengan piring yang retak dan sendok yang patah. Makan, menghabiskan hatiku yang pecah. Itulah makan malam terakhirnya d…
  • Kenangan Suatu saat kau akan jadi kenangan bagi tukang cukurmu. Ia memangkas rambutmu dengan sangat hati-hati agar gunting cukurnya tidak melukai keluguanmu. Suatu saat k…
  • Selamat Tidur Telepon genggam mau tidur. Capek. Seharian bermain monolog. Banyak peran. Konyol. Enggak nyambung. Paling pusing bicara deng…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.