Puisi: Tidur Berdiri di Sebuah Plaza (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Tidur Berdiri di Sebuah Plaza" karya Dorothea Rosa Herliany mengajak kita untuk merenungi bagaimana perubahan dan gangguan eksternal ...
Tidur Berdiri di Sebuah Plaza

Bunga yang kutanam dalam tidurku, tumbuh
dalam pot-pot yang tak-jadi kulukis. Daun-daunan
mengembang. Halaman semak-semak telah berubah
taman. Rumahku dalam etalase.

Berpasang-mata mengancamku! Kemudian seseorang
mengguyurkan hujan dari sebotol vodka. Mabukmu
mendidih. Mengucapkan kata-kata sampah, dan berubah
peradaban!

1993

Sumber: Nikah Ilalang (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Tidur Berdiri di Sebuah Plaza" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah karya yang menampilkan kepekaan dan kecermatan dalam menggambarkan perasaan dan perubahan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan simbolisme dan gambaran yang kuat untuk mengeksplorasi tema-tema seperti pertumbuhan, transformasi, dan kekacauan.

Bunga dalam Tidur dan Transformasi

Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang bunga yang ditanam dalam tidur penyair, tumbuh dalam pot-pot yang tidak sempat dilukis. Ini mencerminkan gagasan bahwa harapan dan impian sering kali berkembang dalam kondisi yang tidak terlihat atau tidak terwujud sepenuhnya. Meskipun pot-pot tersebut tidak terlukis, bunga-bunga tetap tumbuh, menandakan bahwa pertumbuhan dan perubahan bisa terjadi bahkan dalam ketidakhadiran perhatian langsung.

Halaman Semak-Semak dan Taman

Gambaran halaman semak-semak yang berubah menjadi taman mencerminkan transformasi dari keadaan yang tidak terawat menjadi sesuatu yang lebih indah dan teratur. Ini bisa diartikan sebagai simbol dari perubahan positif atau penataan ulang dalam kehidupan penyair. Rumah yang berada dalam etalase menunjukkan bahwa kehidupan penyair mungkin merasa terpapar atau diekspos, seolah-olah menjadi objek tontonan atau pengamatan orang lain.

Ancaman dan Hujan Vodka

Penyair kemudian menggambarkan situasi di mana seseorang mengancamnya dengan berpasang-mata dan mengguyurkan hujan dari sebotol vodka. Hujan vodka, dalam hal ini, adalah simbol dari kekacauan dan kebisingan yang datang dari kebiasaan mabuk dan kata-kata yang tidak bernilai. Ini menggambarkan bagaimana kondisi eksternal dan perilaku orang lain bisa berdampak negatif pada perasaan dan pengalaman pribadi penyair.

Mabuk dan Perubahan Peradaban

Kata-kata sampah yang diucapkan oleh orang yang mabuk menyebabkan perubahan peradaban, menunjukkan dampak dari tindakan dan kata-kata yang tidak bermakna terhadap struktur sosial atau pribadi. Ini menggambarkan bagaimana situasi yang tampaknya sepele atau kacau bisa memiliki efek yang signifikan pada cara kita melihat dunia dan berinteraksi dengan orang lain.

Puisi "Tidur Berdiri di Sebuah Plaza" karya Dorothea Rosa Herliany adalah karya yang penuh dengan simbolisme dan makna. Melalui gambaran tentang pertumbuhan bunga dalam tidur, transformasi halaman menjadi taman, dan kekacauan yang disebabkan oleh hujan vodka, penyair mengajak kita untuk merenungi bagaimana perubahan dan gangguan eksternal mempengaruhi kehidupan kita. Puisi ini mencerminkan tantangan dalam menjaga keutuhan diri di tengah kekacauan dan pengaruh dari luar.

Dengan gaya penulisan yang kaya akan imaji dan simbolisme, Dorothea Rosa Herliany berhasil menciptakan puisi yang menggugah dan penuh makna. Puisi "Tidur Berdiri di Sebuah Plaza" mengundang pembaca untuk merenungkan transformasi dan dampak dari lingkungan sekitar terhadap kehidupan pribadi kita. Melalui puisi ini, kita diingatkan bahwa bahkan dalam keadaan yang tampaknya kacau, ada ruang untuk pertumbuhan dan refleksi.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Tidur Berdiri di Sebuah Plaza
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.