Puisi: Manusia Hibernasi (Karya Beni Setia)

Puisi "Manusia Hibernasi" karya Beni Setia mengeksplorasi tema penciptaan diri, kekosongan eksistensial, dan kritik terhadap kebisingan serta ...
Manusia Hibernasi

Saya menciptakan diri sendiri, dari bau mulut
yang berdebat, dari tabrakan omong kosong
yang berbelit serta meneteskan liur - materi
tidak terpakai yang berseliweran di angkasa.

Berabad-abad...

Menjelma seorang: aku. serta seperti semua si
omong kosong, aku sosok yang berkepala bolong
dan berotak kopong. Bergaung dan berdesing.

2016

Analisis Puisi:

Puisi "Manusia Hibernasi" karya Beni Setia merupakan sebuah karya yang menggali tema penciptaan diri, kekosongan, dan refleksi introspektif. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan citra yang mencolok, puisi ini menyampaikan perasaan tentang eksistensi diri dan kritik terhadap kebisingan serta kekosongan dalam komunikasi.

Makna dan Simbolisme

  • Penciptaan Diri dan Kekosongan: Puisi dimulai dengan "Saya menciptakan diri sendiri, dari bau mulut yang berdebat, dari tabrakan omong kosong." Citra ini menggambarkan penciptaan diri yang berasal dari proses yang tidak bersih atau tidak konstruktif, seperti debat yang tidak produktif dan omong kosong yang berseliweran. Ini menunjukkan bahwa penciptaan diri sering kali dipengaruhi oleh kekacauan dan ketidakberartian dalam komunikasi sosial.
  • Materi Tidak Terpakai: "Materi tidak terpakai yang berseliweran di angkasa" mencerminkan ide bahwa banyak dari apa yang kita konsumsi atau ciptakan tidak memiliki nilai atau kegunaan yang nyata. Ini bisa mengacu pada informasi, kata-kata, atau ide-ide yang tidak memberi kontribusi signifikan terhadap pemahaman atau pertumbuhan pribadi.
  • Kepala Bolong dan Otak Kopong: "Menjelma seorang: aku. serta seperti semua si omong kosong, aku sosok yang berkepala bolong dan berotak kopong" menggunakan citra metaforis untuk menggambarkan kekosongan dan ketidakberartian dalam diri sendiri. Kepala bolong dan otak kopong melambangkan kekurangan substansi dan kedalaman, serta perasaan hampa dan tidak berarti.
  • Bergaung dan Berdesing: "Bergaung dan berdesing" menggambarkan pengalaman internal dari kebisingan dan kekacauan dalam pikiran. Ini mencerminkan bagaimana perasaan kosong dan hampa dapat memengaruhi cara kita merasakan dan memproses dunia di sekitar kita.

Tema dan Refleksi

Puisi "Manusia Hibernasi" mengeksplorasi tema penciptaan diri, kekosongan eksistensial, dan kritik terhadap kebisingan serta ketidakberartian komunikasi. Dengan bahasa yang kuat dan citra yang mencolok, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi internal mereka dan bagaimana komunikasi sosial mempengaruhi penciptaan identitas pribadi.
  • Kritik Terhadap Komunikasi Sosial: Puisi ini menawarkan kritik terhadap komunikasi sosial yang sering kali dipenuhi dengan omong kosong dan ketidakberartian. Ini menunjukkan bahwa proses penciptaan diri tidak selalu melibatkan interaksi yang berarti atau substansi yang membangun.
  • Eksistensi dan Kekosongan: Citra kepala bolong dan otak kopong mencerminkan perasaan kekosongan dan ketidakberartian dalam diri sendiri. Puisi ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat merasa terasing atau tidak lengkap sebagai hasil dari komunikasi dan interaksi yang tidak memadai.
  • Refleksi Internal: Bergaung dan berdesing menggambarkan pengalaman internal yang hampa dan kacau. Ini menunjukkan bagaimana perasaan kosong dapat memengaruhi cara kita memahami diri dan dunia di sekitar kita.
Puisi "Manusia Hibernasi" karya Beni Setia adalah karya yang mendalam dan reflektif tentang penciptaan diri, kekosongan, dan kritik terhadap kebisingan dalam komunikasi sosial. Dengan menggunakan citra yang kuat dan bahasa yang ekspresif, puisi ini menyampaikan perasaan tentang eksistensi yang kosong dan ketidakberartian dalam komunikasi. Melalui gaya puitis yang penuh makna, Beni Setia mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi internal mereka dan bagaimana komunikasi sosial memengaruhi penciptaan identitas pribadi.

Beni Setia
Puisi: Manusia Hibernasi
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.