Puisi: Sungai dan Muara (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi Sungai dan Muara karya Acep Zamzam Noor menggambarkan hubungan yang kompleks antara dua individu dalam konteks kesepian, pertemuan, dan ...
Sungai dan Muara

Kesepian telah meyakinkan kita
Bahwa setiap sudut bumi menyimpan sisi gelap
Yang berbeda. Dari getar tanganmu aku dapat meraba
Musim dingin tak pernah memadamkan matahari sepenuhnya
Sedang dari mataku kau melihat hujan segera menyusut
Lalu kita berpelukan seperti dua musim yang bertemu
Dalam kesepian yang sama. Kita menyalakan tungku di kamar
Sambil membakar seluruh pakaian dan keyakinan kita
Menjadi asap yang memenuhi ruang dan waktu

Kita tak mengundang salju turun membasahi ranjang
Tapi detik-detik menggenang dari cucuran keringat kita
Kuraba setiap lekuk tubuhmu seperti meraba setiap sudut
Bola dunia. Aku tergelincir di belahan bumi yang landai
Atau terengah di belahan lain yang berbukit-bukit
Lalu kausentuh kemarauku dengan tangan musim semimu
Hingga rumput-rumput menghijau di seluruh tubuhku
Dan kita berciuman seperti bertemunya sungai dan muara
Yang saling mengisi dan sekaligus melepaskan.

1992

Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)

Analisis Puisi:

Puisi Sungai dan Muara karya Acep Zamzam Noor menggambarkan hubungan yang kompleks antara dua individu dalam konteks kesepian, pertemuan, dan pengisian. Dengan penggunaan simbolisme sungai dan muara, puisi ini menciptakan gambaran yang indah dan mendalam tentang cinta, keterhubungan, dan kehadiran.

Kesepian dan Kegelapan

Puisi ini dimulai dengan pernyataan bahwa “Kesepian telah meyakinkan kita”, menunjukkan bahwa kesepian bukan sekadar keadaan, tetapi juga bagian dari eksistensi yang menginformasikan pengalaman manusia. Frasa “setiap sudut bumi menyimpan sisi gelap” mengisyaratkan bahwa kehidupan memiliki berbagai aspek, termasuk yang kelam, yang sering kali kita abaikan. Hal ini menciptakan latar belakang yang kontras untuk pertemuan dua individu yang terjalin dalam puisi.

Simbolisme Musim dan Cuaca

Penggambaran musim sebagai simbol perasaan sangat kuat dalam puisi ini. “Musim dingin tak pernah memadamkan matahari sepenuhnya” melambangkan harapan meski dalam keadaan suram. Hal ini menciptakan suasana yang dinamis, di mana keduanya saling melengkapi—satu membawa kehangatan, sementara yang lain membawa dingin. Dalam hal ini, cinta di antara mereka menjadi medium untuk mengatasi kesepian dan ketidakpastian.

Keterhubungan dan Keintiman

Dalam puisi ini, penulis menggunakan metafora “berpelukan seperti dua musim yang bertemu” untuk menggambarkan keintiman yang mendalam antara dua individu. Pelukan bukan hanya simbol kasih sayang, tetapi juga penggabungan dua dunia yang berbeda menjadi satu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan “kita menyalakan tungku di kamar / sambil membakar seluruh pakaian dan keyakinan kita”, yang menunjukkan bahwa mereka saling menerima dan melepaskan beban masa lalu dalam proses tersebut.

Aspek Sensorik dan Fisik

Puisi ini kaya dengan deskripsi sensorik yang menghidupkan pengalaman fisik dan emosional. Penggambaran “kuraba setiap lekuk tubuhmu” dan “detik-detik menggenang dari cucuran keringat kita” menciptakan suasana intim yang kuat. Keduanya merasakan pertemuan ini tidak hanya sebagai momen emosional tetapi juga sebagai pengalaman fisik yang mendalam, menciptakan gambaran cinta yang penuh gairah dan kehangatan.

Metafora Sungai dan Muara

Metafora “bertemunya sungai dan muara” berfungsi sebagai puncak dari puisi ini. Sungai yang mengalir melambangkan perjalanan hidup dan pertumbuhan, sedangkan muara menjadi simbol pertemuan dan penyatuan. Dalam konteks hubungan, hal ini menciptakan gambaran tentang bagaimana dua individu saling melengkapi dan menjadi satu, meskipun memiliki latar belakang dan perjalanan yang berbeda.

Puisi Sungai dan Muara karya Acep Zamzam Noor menawarkan pandangan mendalam tentang cinta, kesepian, dan bagaimana dua individu dapat menemukan satu sama lain meskipun dikelilingi oleh kegelapan dan tantangan. Dengan simbolisme yang kuat dan deskripsi yang sensitif, puisi ini menggambarkan keindahan dari pertemuan yang terjadi dalam ruang kesepian. Cinta, dalam puisi ini, bukan hanya sekadar pengisi kekosongan, tetapi juga sebuah perjalanan yang saling melengkapi, mengubah kesepian menjadi kehangatan, dan ketidakpastian menjadi harapan.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Sungai dan Muara
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.