Puisi: Menjumpaimu (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi Mencumpaimu karya Acep Zamzam Noor menghadirkan narasi yang kaya akan gambaran visual dan emosional, menggambarkan pengalaman pertemuan yang ...
Menjumpaimu

Menjumpaimu di sebuah kota
Seperti menemui kenyataan dunia ini
Kota itu tak bernama, gedung-gedungnya sangat tua
Dan musik menggenang sepanjang jalan-jalannya yang sunyi
Aku tersentak dan menemukan isyarat-isyarat:
Wajahmu memenuhi setiap celah dan sudut kelam
Tapi daun-daun rontok dan senja menguning seketika
Sebuah lagu yang kukenal mengalun dan ingatanku terpotong
Di tengah-tengahnya. Kulihat anak-anak muda itu masih berciuman
Orang-orang tua menuntun anjing keliling taman
Musim gugur telah membukakan seluruh ruang dalam dirimu.

Kembali aku menemukan isyarat-isyarat:
Lukisan-lukisan pudar sepanjang dinding kota
Tiang-tiang besar yang menyimpan ceruk dan gaung
Adalah pergulatan waktu dengan kesunyiannya
Lalu kita sama-sama terpejam dan menunggu datangnya ledakan
Bibirmu asin seperti darah sedang kuku-kuku tanganmu menancap
Di pundakku. Musik terus mengalir dari sejumlah bar di kota itu
Dan kulihat cahaya menggeliatkan ular-ularnya di sana
Seorang wanita berambut merah meronta-ronta
Di trotoar botol-botol pecah seperti kata-kata.

Aku meraba-raba detik dan jam yang lambat
Pada tanganmu kurasakan denyut nadi ribuan pengungsi
Keringat para buruh kasar sekaligus semerbak parfum
Bintang-bintang film. Dari ketiak serta mulutmu yang mekar
Kembali aku mencium kenyataan dunia ini:
Alkohol keemasan memenuhi mata dan kepalamu
Pikiranmu tersangkut pada bentangan kawat listrik
Dengan rambut yang terus memanjang ke laut
Seperti hantu. Di kejauhan seorang pemimpin berpidato

Monumen-monumen ratusan tahun terbakar
Sebuah ledakan menjadikan kita serdadu liar lagi
Kita menyusuri puing-puing dan kuburan baru
Pada malam penuh salak anjing dan ringkik kuda itu
Isyarat-isyarat lain tak dapat kutolak
Nanah busuk meleleh dari pelipismu yang retak
Lalu kedua lenganmu berjatuhan ke tanah
Seperti pelepah. Bunyi-bunyian aneh tak lagi terdengar
Hanya gemeretak mulut kita yang saling mengunyah
Aku terus mengikutimu dan berpegangan pada birahi rambutmu
Sebuah keindahan sejati yang kupahami kemudian:
Awal dari kemelut dunia kita yang tak berkesudahan.

1992-1993

Sumber: Di Atas Umbria (1999)

Analisis Puisi:

Puisi Mencumpaimu karya Acep Zamzam Noor menghadirkan narasi yang kaya akan gambaran visual dan emosional, menggambarkan pengalaman pertemuan yang memunculkan refleksi mendalam tentang kehidupan dan cinta di tengah hiruk-pikuk kota. Melalui penggunaan citra yang kuat dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna pertemuan dan ketidakpastian dalam hidup.

Kota Tak Bernama

Pembukaan puisi menciptakan suasana yang membingungkan namun menarik: “Kota itu tak bernama, gedung-gedungnya sangat tua.” Kota yang tidak memiliki identitas menggambarkan kesan universal tentang kehidupan yang sering kali tanpa arah. Penggambaran ini membawa pembaca ke dalam sebuah lingkungan yang familiar, namun tetap misterius. Musik yang mengalun di sepanjang jalan sunyi menciptakan nuansa melankolis yang mengelilingi pengalaman tersebut.

Isyarat dan Ingatan

Dalam perjalanan pertemuan ini, tokoh puisi menemukan berbagai isyarat yang mengingatkannya pada sosok yang dicintainya: “Wajahmu memenuhi setiap celah dan sudut kelam.” Ini menunjukkan bagaimana ingatan bisa mengisi ruang kosong dalam hidup kita, meskipun ada kesunyian dan kerinduan yang mengikutinya. Musim gugur sebagai latar belakang menggambarkan transisi dan perubahan, mencerminkan pergeseran emosi yang dialami tokoh puisi.

Konflik Antara Kenyataan dan Fantasi

Puisi ini juga menangkap kontras antara realitas yang kelam dan momen-momen kecil kebahagiaan yang muncul: “Kulihat anak-anak muda itu masih berciuman.” Kehidupan berjalan meskipun ada kesedihan, menyoroti ketahanan manusia di tengah kesulitan. Pertemuan dengan cinta dan kehilangan saling berhubungan, membentuk jaringan kompleks dalam narasi puisi.

Simbolisme dan Kekacauan

Penggunaan simbolisme dalam puisi ini sangat kuat, terutama saat menggambarkan kebangkitan kekacauan: “Sebuah ledakan menjadikan kita serdadu liar lagi.” Ini menciptakan perasaan bahwa pertemuan dengan cinta dapat menimbulkan efek yang mengguncang, baik secara emosional maupun fisik. Ledakan tersebut dapat dilihat sebagai simbol dari ketidakpastian hidup yang dapat mempengaruhi hubungan, mengingatkan kita bahwa cinta sering kali disertai dengan konflik dan tantangan.

Kesadaran dan Keberanian

Akhir puisi menggambarkan sebuah kesadaran yang mendalam akan kenyataan: “Awal dari kemelut dunia kita yang tak berkesudahan.” Ini menunjukkan penerimaan terhadap kondisi hidup yang tidak sempurna. Penulis menyampaikan pesan bahwa meskipun ada ketidakpastian dan kesulitan, ada juga keindahan dalam hubungan manusia yang terus berjuang meskipun dikelilingi oleh kekacauan.

Puisi Mencumpaimu tidak hanya tentang pertemuan fisik, tetapi juga pertemuan dengan kenyataan hidup. Acep Zamzam Noor menggunakan citra yang kaya untuk membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang penuh warna. Melalui pengalaman ini, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan arti dari setiap pertemuan dalam hidup kita—baik yang manis maupun yang pahit—dan bagaimana semua itu membentuk jalan kita. Dalam setiap detik yang kita jalani, cinta dan kehidupan terus berputar, menghadirkan pelajaran dan keindahan dalam perjalanan yang tidak terduga.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Menjumpaimu
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.